Jumat, 18 Desember 2009

TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Sejarah, Wilayah Kajian, Educational Technology, Desain
SEJARAH PERKEMBANGAN TP
a. Periode 1932 – 1959
 Gagasan yang paling berpengaruh dan berakar pada konsep ilmu pengetahuan alam tentang teknologi instruksional ialah memasukkan material (audio visual) dan mesin (proyektor atau gambar hidup. dan mesin (proyektor atau gambar hidup).
b. Periode 1970 – 1983
Belajar dan pengajaran secara ilmiah akan lebih produktif bila dipelajari sebagai sesuatu yang bersifat internal, yakni suatu proses kognitif berperantara dari pada sebagai produk langsung dari lingungan , orang atau faktor eksternal lainnya. Wittrock
c. Periode 1983 – mutakhir.
 Pada masa ini berlangsung kekacau balauan akibat pertengan dari landasan teoritik teknologi instruksional. Perbedaan pendapat ini terutama dialamatkan kepada para perintis audio Visual. Seperti Salomon, yang menganggap audio visual itu sebagai agen informasi dan bukan sebagai stimulus yang langsung untuk respon tertentu.
WILAYAH KAJIAN
Peran teknologi informasi dalam bidang pendidikan
Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dunia pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional kearah pendidikan yang lebih terbuka
Dampak pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja
 Bagaimana TI membantu belajar?
Penggunaan perangkat keras computer
Pemanfaatan jaringan computer (internet)
Penggunaan perangkat lunak untuk beragam keperluan

E-Learning
Lingkungan yang memberikan kesempatan bagi teknologi informasi untuk berperan dalam mendukung proses pembelajaran

Pemanfaatan E-Learning
1.Mengatasi rendahnya rasio guru-siswa
2.Fleksibilitas dalam pelaksanaan proses pembelajaran
3.Pengayaan dalam proses pembelajaran
4.Kemungkinan perluasan layanan pendidikan
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 DEFINISI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif
 Teknologi Pendidikan adalah segala usaha untuk memecahkan masalah pendidikan.
Lebih detail dapat diuraikan :
 Teknologi Pendidikan lebih dari perangkat keras
 Teknologi dapat juga terdiri segala teknik atau metode yang dapat dipercaya untuk melibatkan pelajaran
 Belajar teknologi dapat dilingkungan manapun yang melibatkan siswa belajar secara aktif, konstruktif, autentik dan kooperatif serta bertujuan
Technology instructional
Menurut AECT (1994)
Teknologi instruksional adalah teori dan praktek dalam mendesain, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, dan menilai proses-proses maupun sumber-sumber belajar
Menurut AECT 2004
“Educational technology is the study and ethical practise of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological processes and resources”.
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa :
 Teknologi pembelajaran/teknologi pendidikan adalah suatu disiplin/bidang (field of study)
 Istilah teknologi pembelajaran dipakai bergantian dengan istilah teknologi pendidikan
 Tujuan utama teknologi pembelajaran adalah; (1) untuk memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran; dan (2) untuk meningkatkan kinerja
 Dalam mewujudkannya menggunakan pendekatan sistemani (pendekatan yang holistik/komprehensif, bukan pendekatan yang bersifat parsial)
DESAIN PEMBELAJARAN
Dick, Carey, dan Carey (2001) memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sitematis. Pada kenyataannya cara kerja yang sistematis inilah dinyatakan sebagai model pendekaan sistem. Dipertegas oleh Dick, Carey, dan Carey (2001) bahwa pendekatan sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan pembelajaran (Instructional Systems Development /ISD).
Komponen model Dick, Carey, dan Carey meliputi; pembelajar, pebelajar, materi, dan lingkungan. Demikian pula dilingkungan pendidikan non formal meliputi; warga belajar (pebelajar), tutor (pembelajar), materi, dan lingkungan pembelajaran.

Model rancangan pembelajaran Dick, Carey, dan Carey (2001)
 1. Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan,
 2. Melakukan analisis Pembelajaran,
 3. Menganalisis warga belajar dan lingkungannya,
 4. Merumuskan tujuan khusus,
 5. Mengembangkan instrumen penilaian,
 6. Mengembangkan strategi pembelajaran,
 7. Mengembangkan materi pembelajaran,
 8. Merancang & Mengembangkan Eva Formatif,
 9. Merevisi Pembelajaran,
 10. Mengembangkan evaluasi sumatif.





Minggu, 06 Desember 2009

HERO : Hidup Sebagai Pahlawan

HERO : Hidup Sebagai Pahlawan!

VERBA VOLANT, SCRIPTA MANEN.
Lisan sementara, sedang tulisan adalah abadi. Bahkan Ali bin Abi Thalib menegaskan pentingnya mengikat ilmu dengan tulisan. Tidak hanya tulisan tapi sebagaimana Al Ghazali pernah berpesan, masukan pula ilmu ke dalam dada.
----------

“Mungkin saja kisah pahlawan paling heroik sepanjang sejarah itu adalah kisah hidup kita sendiri dalam bab kehidupan yang belum selesai kita tulis.”

Selalu menarik berbicara tentang praktik kepahlawanan. Sejarah mencatat kisah kepahlawanan selalu abadi, tak pernah pupus dimakan waktu. Gagasan dan praktik heroik yang menegaskan identitas sang pahlawan selalu terekam sepanjang zaman. Menyejarah dan menggetarkan. Tak pernah mati hingga puluhan, ratusan, bahkan ribuan tahun lamanya. Selalu diingat, selalu dikenang, selalu dijadikan teladan bagi generasi di masa datang.

Ya, menjadi pahlawan berarti menjadi manusia besar, berpikir besar, berjiwa besar, serta melakukan hal-hal besar. Mereka bukan bulan yang memantulkan cahaya matahari, tetapi lebih dari itu meraka-lah sang matahari, yang bersinar terang tanpa menunggu pantulan cahaya dari sekelilingnya. Demikian dalam hidup, manusia besar senantiasa bercahaya. Geraknya memotivasi, tanpa menunggu motivasi untuk bergerak. Bagi manusia-manusia besar, kehidupan dimaknai sebagai arena berkontribusi. Mereka tidak disibukan dengan gelar dan masalah pribadi. Tidak disibukan dengan pergelutan “what to do” dalam ranah privat, tetapi mereka memilih bertarung demi kebermanfaatan publik."Non nobis solum nati sumus. (Not for ourselves alone are we born.)" Ujar Marcus Tullius Cicero. Pahlawan di lahirkan tidak hanya bagi dirinya, tapi bagi manusia yang lainnya. Mereka peduli dengan kondisi sekitar, mereka peka, mereka menginspirasi, mereka memberikan sesuatu bagi kehidupan.

Tentang syair kepahlawanan yang menggetarkan bahkan pernah dikumandangkan Asy-syahid Hasan Al Banna dengan lantang: “Betapa inginnya agar umat ini mengetahui, bahwa mereka lebih kami cintai daripada diri kami sendiri. Kami berbangga ketika jiwa-jiwa kami gugur, sebagai penebus kehormatan mereka, jika memang tebusan itu diperlukan. Atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan, dan cita-cita mereka, jika memang itu harga yang harus dibayar...Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini, selain rasa cinta yang telah mengharu-biru hati kami. Menguasai perasaan kami. Memeras habis air mata kami. Dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami. Betapa berat rasa di hati. Ketika kami menyaksikan bencana yang mencabik-cabik umat ini. Sementara kita hanya menyerah pada kehinaan, dan pasrah pada keputusasaan…Kami ingin agar umat ini mengetahui, bahwa kami membawa misi yang bersih dan suci. Bersih dari ambisi pribadi. Bersih dari
kepentingan dunia. Dan bersih dari hawa nafsu. Kami tidak mengharapkan sesuatu pun dari manusia. Tidak mengharapkan harta benda atau imbalan lainnya. Tidak juga popularitas. Apalagi sekedar ucapan terima kasih.”

Pahlawan memberdayakan keterbatasan menuju kekuatan. "What one has, one ought to use; and whatever he does, he should do with all his might." Maka bicara tentang kepahlawanan tidak semata mewacanakan jabatan, kekayaan, dan digdayanya kekuasaan.
Melainkan bicara tentang sesuatu yang lebih menggelora; tentang keberanian, kepedulian, kontribusi, dan kebermanfaatan bagi manusia sekitar. Bicara tentang pahlawan berarti membuka ruang tentang kisah heroik yang pernah digoreskan. Disana kita melihat Rasulllah SAW, Khalid bin Walid, Shalahudin Al Ayyubi, Muhammad Al Fatih, Marcus Tullius Cicero, atau Soekarno, Hatta, M.Natsir, Soedirman, atau bahkan Kita. Ya, kita!

Karena mungkin saja. Kisah pahlawan paling heroik sepanjang sejarah itu adalah kisah hidup kita sendiri dalam bab kehidupan yang belum selesai kita tulis. Maka berdenyutlah. Bergeraklah. Agar tidak mati sebelum waktunya.

-----------

diambil dari sedikit pendahuluan bakal calon buku HERO : Hidup sebagai Pahlawan! oleh Dea Tantyo (Insya Allah terbit Agustus 2010)

-----------

maka ijinkan saya menyebut pahlawan sbg "kontribusi menyejarah". Seorang pahlawan sejati, sesungguhnya sama sekali tak berniat menjadi pahlawan. Ia hanya bergerak pada ruang yg mampu di isi, bahkan kadang mendobrak kekakuan yg membeku, menghancurkan tirani yg membelenggu.

Ya, ia hanya bergerak mengikuti nurani. Hingga sampai pada satu titik bagi yg berada disekitarnya. .. gelar kepahlawan akan menghampiri dgn sendirinya bahwa kontribusinya walau hanya sekedar titik, tapi telah menjadi penyatu dan penyambung garis, dan menjadi sebentuk rupa yg menghias peradaban

a.fachrie
Taken From Milis Karisma


Selasa, 01 Desember 2009

Cinta bukan Sejuta Kata

Di sebuah keluarga miskin, seorang ayah tampak kesal pada anak perempuannya yang berusia tiga tahun. Anak perempuannya baru saja menghabiskan uang untuk membeli kertas kado emas untuk membungkus sekotak kado.

Keesokan harinya, anak perempuan itu memberikan kado itu sebagai hadiah ulang tahun pada sang Ayah.

“Ini untuk ayah,” kata anak gadis itu.

Sang ayah tak jadi marah. Namun, ketika ia membuka kotak dan mendapatkan isinya kosong, meledaklah kemarahannya.

“Tak tahukah kau, kalau kau menghadiahi kado pada seseorang, kau harus memberi sebuah barang dalam kotak ini!”
Anak perempuan kecil itu menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Ia berkata terisak-isak, “Oh ayah, sesungguhnya aku telah meletakkan sesuatu ke dalam kotak itu.”
“Apa yang kau letakkan ke dalam kotak ini? Bukankah kau lihat kotak ini kosong?” bentak ayahnya.
“Oh ayah, sungguh aku telah meletakkan hampir ribuan ciuman untuk ayah ke dalam kotak itu,” bisik anak perempuan itu.

Sang ayah terperangah mendengar jawaban anak perempuan kecilnya. Ia lalu memeluk erat-erat anak perempuannya dan meminta maaf.

Konon, orang-orang menceritakan bahwa,pria itu selalu meletakkan kotak kado itu di pinggir tempat tidurnya sampai akhir hayat. Kapan pun ia mengalami kekecewaan, marah atau beban yang berat, ia membayangkan ada ribuan ciuman dalam kotak itu yang mengingatkan cinta anak perempuannya.

Dan sesungguhnya kita telah menerima sebuah kotak emas penuh berisi cinta tanpa pamrih dari orang tua, istri/suami, anak, pasangan, teman dan sahabat kita. Tak ada yang lebih indah dan berharga dalam hidup ini selain cinta.

Disadur dari: Ana Lucia, A Little Girl and The Golden Box

Rabu, 11 November 2009

MANAJEMEN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


Teknologi merujuk pada informasi, peralatan, teknik, dan proses yang dibutuhkan untuk mengubah masukan menjadi keluaran dalam organisasi. Artinya teknologi melihat pada bagaimana masukan di ubah menjadi keluaran.

Konsep teknologi, walaupun mempunyai konotasi mekanik atau manufaktur, dapat diaplikasikan pada semua jenis organisasi, apakah suatu organisasi merupakan perusahaan, lembaga pendidikan, lembaga jasa sosial dll, pada umumnya organisasi itu memerlukan teknologi tertentu untuk menghasilkan produk atau jasanya.
Merancang tujuan dan target pembelajaran adalah langkah pertama yang harus dilakukan dalam merancang pembelajaran menggunakan teknologi. Sejatinya, teknologi apapun yang digunakan, tahap pertama tetaplah harus demikian pula adanya.

Tomei (2003) menulis bahwa sebuah pembelajaran berbasis teknologi dimulai dengan informasi-informasi berikut ini :
1.Tema : Pilihlah tema yang mencerminkan kurikulum yang akan diajarkan. Pertimbangkan ketertarikan siswa dan pengalaman mereka, isu lokal dan nasional, atau masalah yang ada dalam komunitas atau dunia internasional. Sebuah gambaran singkat tentang pembelajaran juga sangat dianjurkan.

2.Kesesuaian Tingkat Pembelajaran : Tentukan target yang harus dicapai oleh para pembelajar dan pengetahuan dasar yang dibutuhkan oleh siswa sebelum memulai pelajaran

3.Panjang Waktu Belajar : Unit-unit tematik seringkali menghabiskan lebih dari satu periode kelas. Seringkali, tema yang dimaksud harus difokuskan selama seminggu, sebulan atau bahkan satu semester. Tentukan panjang waktu belajar dan metodologi terbaik untuk menyampaikan materi.

4.Fokus : Buatlah sebuah pernyataan fokus pendek yang menyimpulkan garis besar keseluruhan dari unit dan topik-topik bagian yang akan digali. Fokus mungkin dapat dinyatakan dalam model KWL : Know, What do they want to Learn in this Lesson, and what did the student Learn following the lesson ?

Dalam inovasi pendidikan tidak bisa lepas dengan masalah revolusi metode, kurikulum yang inovatif, teknologi serta SDM yang kritis untuk bisa menghasilkan daya cipta dan hasil sekolah sebagai bentuk perubahan pendidikan. Sekolah harus mempunyai orientasi bisnis pelanggan yang memiliki daya saing global.
Untuk itu ada lima teknologi baru yang dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik.

Teknologi yang pertama : Sistem berpikir

Sistem berpikir menjadikan kita untuk lebih hati-hati dengan munculnya tiap mode di dunia pendidikan. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya perubahan yang tidak kita inginkan. Tanpa sistem berpikir kita akan sulit untuk mengadakan peningkatan riil di bidang pendidikan. Jadi sistem berpikir menghadirkan konsep sistem yang umum, dimana berbagai hal saling terkait.

Teknologi yang kedua: Desain sistem

Desain sistem adalah teknologi merancang dan membangun sistem yang baru. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang cepat yang meningkatkan harapan. Desain sistem memberi kita peralatan untuk menciptakan suatu system yang baru dan suatu strategi untuk perubahan.

Teknologi yang ketiga: Kualitas pengetahuan
Mutu atau kualitas pengetahuan merupakan teknologi yang memproduksi suatu produk atau jasa/ layanan yang sesuai harapan dan pelanggan. Ilmu pengetahuan yang berkualitas telah menjadi alat yang sangat berharga dalam inovasi pendidikan/ sekolah.

Teknologi yang keempat : Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan adalah suatu cara untuk memandu energi kreatif ke arah perubahan positif. Dapat juga diartikan sistem pemikiran yang berlaku untuk aspek manajemen inovasi tentunya dengan berorientasi pada POAC (Perencanaan, Organisasi, Aktualisasi dan Kontrol).

Teknologi yang kelima : Teknologi pembelajaran
Disini ada dua bagian yaitu peralatan Pelajar elektronik (Komputer, multimedia, Internet, telekomunikasi), dan pembelajaran yang didesain, metode dan strateginya diperlukan untuk membuat peralatan elektronik yang efektif. Pelajaran elektronik ini mengubah cara mengkomunikasikan belajar. Jadi teknologi pembelajaran adalah sistem pemikiran yang berlaku untuk instruksi dan belajar.

Kelima teknologi tersebut merupakan suatu keterpaduan untuk menuju inovasi pendidikan sehingga dalam memecahkan masalah pendidikan perlu kombinasi peralatan/ alat elektronik, orang-orang, proses, manajemen, intelektual, untuk perubahan yang efektif.


Macam-macam teknologi pendidikan menurut Davies (1972) ada tiga yaitu:
Teknologi pendidikan satu

Teknologi pendidikan satu yaitu mengarah pada perangkat keras seperti proyektor, laboratorium, komputer (CD ROM, LCD, TV, Video dan alat elektronik lainnya). Teknologi mekanik ini dapat mengotomatiskan proses belajar mengajar dengan alat yang memancarkan , memperkuat suara, mendistribusikan, merekam dan mereproduksi stimuli material yang menjangkau pendengar/ siswa dalam jumlah yang besar. Jadi teknologi satu ini efektif dan efisien.

Teknologi pendidikan dua
Teknologi pendidikan dua mengacu pada ”perangkat lunak” yaitu menekankan pentingnya bantuan kepada pengajaran. Terutama sekali dalam kurikulum, dalam pengembangan instruksional, metodologi pengajaran, dan evaluasi. Jadi teknologi dua, menyediakan keperluan bagaimana merancang yang baru atau memperbarui yang sekarang, bermanfaat pada pengalaman belajar Mesin dan mekanisme dipandang sebagai instrumen presentasi atau transmisi.

Teknologi pendidikan tiga
Teknologi pendidikan tiga, yaitu kombinasi pendekatan dua teknologi yaitu “peragkat keras“ dan perangkat lunak”. Teknologi pendidikan tiga, orientasi utamanya yaitu ke arah pendekatan sistem, dan sebagai alat meningkatkan manfaat dari apa yang ada di sekitar. Teknologi pendidikan tiga dapat dikatakan sebagai pendekatan pemecahan masalah, titik beratnya dalam orientasi diagnostik yang menarik. Dari ketiga macam tekonologi di atas dapat dikatakan bahwa teknologi pendidikan dalam konteks sebenarnya adalah tidak hanya mengacu pada perangkat keras saja seperti yang umum dijadikan sebagai persepsi yang benar, namum juga meliputi perangkat lunak dan perpaduan keduanya perangkat keras dan lunak.

Hubungan Teknologi Pendidikan dan Innovative School
Inovasi pendidikan merupakan hal yang perlu dilakukan oleh tiap sekolah jika sekolah ingin maju. Perubahan sekolah bukan hanya dilihat dengan adanya seperangkat alat elektronika yang canggih di sekolah, namun banyak aspek yang menjadi indikator. Innovative school artinya perubahan sekolah atau perubahan pendidikan.

Ciri-ciri inovasi pendidikan dapat dikenal dengan beberapa identifikasi, namun menurut ashby 1967 ada empat :
Ketika masyarakat /orang tua mulai sibuk dengan peran keluar sehingga tugas pendidikan anak sebagian digeser dari orang tua pindah ke guru atau dari rumah ke sekolah.
Terjadi adopsi kata yang ditulis ke instruksi lisan
Adanya penemuan alat untuk keperluan percetakan yang mengakibatkan ketersediaan buku lebih luas.
Adanya alat elektronika yang bermacam-macam radio, telepon, TV, computer, LCD proyektor, perekan internet, LAN, dsb ).

Keempat perubahan di atas di dunia pendididkan telah menimbulkan banyak masalah, dan untuk itulah kelima teknologi yang dibahas pada point sebelumnya sangat membantu untuk solusi pemecahan. Perubahan pendidikan/sekolah yang dinginkan sekolah sesuai visi dan misinya tentunya sangat tergantung pada lima teknologi tersebut yaitu sistem berfikir, system desain, ilmu pengetahuan yang berkualitas, manajemen. Sekarang sekolah negeri maupun swasta mulai berusaha keras untuk mengatur kembali sistem pendidikan mereka. Banyak program sekolah yang ditawarkan pada masyarakat baik itu jurusan maupun status sekolah yaitu SSN, unggul, model, internasional, akselerasi dan sarana prasarananya. Yang jelas perubahan sekolah untuk menghadapi dunia global harus disiapkan dari unsur SDM yang berkualitas sehingga mampu berfikir membuat desein pendidikan, punya kiat manajemen yang baik dan tidak gagap terhadap pendidikan. Jadi dapat dikatakan bahwa antara inovasi pendidikan dengan teknologi pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Inovasi merupakan okbyek dan teknologi pendidikan merupakan subyeknya. Dalam inovasi pendidikan butuh SDM dan peralatan yang menunjang inovasi pendidikan, sebaliknya SDM dan alat tidak akan berfungsi tanpa digunakan untuk sasaran/tujuan yang pasti dan bermanfaat dimasa datang.

Educational Technology ke arah Instructional Technology


Definisi Teknologi Pembelajaran
Comission on Instructional Technology, 1970:

A systematic way of designing, implementing, and evaluating the total process of of learning and teaching in terms of specific objectives, based on research in human learning and communication and employing a combination of human and non human resources to bring about more effective instruction.

Suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non-manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif.

Jadi, menrut konsep ini tujuan utama teknologi pembelajaran adalah membuat agar suatu pembelajaran lebih efektif. Bagaimana hal itu dilakukan? Dengan cara mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi secara sistematis berdasarkan teori komunikasi dan belajar tentunya, serta memanfaatkan segala sumber baik yang bersifat manusia maupun non-manusia. dengan demikian, sejak tahun 1970an, sudah ada pandangan bahwa manusia (dalam hal ini guru) bukanlah satu-satunya sumber belajar.

Teknologi instruksional adalah satu bagian dari teknologi pendidikan dengan asumsi sebagai akibat dari konsep instruksional sebagai bagian pendidikan yang bersifat rumit dan terpadu. Teknologi instruksional teori dan praktek dalam mendesain, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, dan menilai proses-proses maupun sumber-sumber belajar.

Konsep Teknologi instruksional
Menurut para pakar, teknologi instruksional dianggap lebih tepat dalam menjabarkan peran teknologi, dan mencakup jenjang pendidikan dari TK sampai SMU, bahkan perguruan tunggi dan termasuk didalamnya situasi belajar pada program pelatihan.


Konsep dasar teknologi pendidikan dan teknologi instruksional dari beberapa nara sumber
Michael Molenda
Merumuskan teknologi instruksional sebagai seni sekaligus ilmu pengetahuan mengenai kegiatan merancang, memproduksi dan melaksanakannya dengan cara ekonomis namun canggih.

Robert M Gagne
Teknologi instruksional menyangkut teknik praktis dari penyampaian instruksional yang melibatkan penggunaan media. Tujuan utama Teknologi instruksional adalah meningkatkan dan memperkenalkan penerapan pengetahuan dan memvalidasi prosedur dalam rancangan dan penyampaian instruksional

Garry J Anglin
Teknologi instruksional adalah penerapan sistemik dan sistematis dari strategi-strategi dan teknik-teknik yang berasal dari ilmu perilaku serta ilmu lain untuk mengatasi masalah instruksional.

Pemanfaatan Teknologi Pendidikan


Pengguanaan teknologi telah berjalan lama sesuai perkembangan dan aspeknya. Eric Hasby membagi revolusi dalam pendidikan menjadi 4, yaitu: Pertama, saat masyarakat mendiferensiasikan peranan orang dewasa, Kedua, digunakannya tulisan sebagai sarana pendidikan, Ketiga, ditemukannya mesin cetak dan Keempat, penggunaan teknologi canggih sebagai perkembangan bidang elektronik. Dari apa yang dialami ternyata bahwa terdapat hubungan timbal balik antara teknologi dan pendidikan, hal ini lebih terkhusus lagi dengan teknologi komunikasi.


Kecenderungan pendidikan yang dikaitkan dengan perkembangan teknologi komunikasi dikemukakan Miarso dan Iskandar (1974) sebagai berikut :
a. Kecenderungan pendidikan sepanjang jaga
b. Pendidikan gerak cepat tetapi tepat
c. Pendidikan yang mudah dicerna dan diresapi
d. Pendidikan yang memikat hati
e. Penyebaran pusat pendidikan
f. Pendidikan mustari (tepat pada saat penyampaiannya)
g. Pendidikan yang murah

Kegunaan teknologi dalam pendidikan dinyatakan Komisi Instruksional AS, sebagai berikut :
a. meningkatkan produktivitas pendidikan
b. memungkinkan pendidikan individual
c. memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran
d. lebih memantapkan pengajaran
e. memungkinkan belajar seketika
f. memungkinkan penyajian pendidikan lebih luias dan merata

Agar penggunaan teknologi dalam pendidikan tepat sasaran, maka pengelola pendidikan harus mengetahui klasifikasi teknologi dalam pendidikan, di antaranya : teknologi tingkat rendah, media audiovisual, format komputer, telekomunikasi dan teknologi lunak.

Implementasi Teknologi Dalam Pendidikan

Implementasi teknologi dalam pendidikan dapat dilihat pada sektor berikut:
a. Pendidikan Dasar dan Menengah, teknologi diharapkan mempengaruhi peningkatan motivasi, menguatkan pengajaran, meningkatkan lingkungan psikologi di dalam kelas



b. Pendidikan Tinggi, penggunanan teknologi dimaksudkan untuk merangsang dan memotivasi mahasiswa dalam mengembangkan intelektualnya sehingga dapat mengembangkan penelitian dan pengembangan ilmu baik teoretis maupun terapan

c. Belajar Jarak Jauh, menyediakan media perantara antara pelajar dan lembaga pendidikannya

d. Pendidikan Luar Biasa, berfungsi sebagai alat bantu bagi anak-anak yang menglami kelainan

e. Pendidikan dan Latihan, berpengaruh langsung terhadap persiapan tenaga kerja yang semakin kompleks untuk menghasilkan tenaga terampil

f. Dalam Pendidikan Matematika, hal ini berkaitan dengan program-program yang telah disiapkan, alat peraga dan penyelesaian soal-soal

g. Dalam Pendidikan Sains, berupa aplikasi program komputer dan sistem pemodelan

h. Dalam Pendidikan Bahasa, berkaitan dengan penulisan, mendengarkan, telekomunikasi dan lainnya.

Kesimpulan
Teknologi dalam pendidikan merupakan bagian dari konsep teknologi pendidikan berupa media untuk memperlancar kegiatan instruksional. Potensi penggunaan teknologi dalam pendidikan berkaitan dengan usaha peningkatan produktivitas pendidikan, memungkinkan pendidikan bersifat individual, cepat dan lainnya. Implementasi teknologi dalam pendidikan hendaknya selektif sesuai konteks sesuai karakteristik si belajar dan tingkat kognitifnya.

Ruang Lingkup Kajian Teknologi Pendidikan




Teknologi Pendidikan dalam keseluruhan kegiatannya bertujuan untuk:
(1) meningkatkan fungsi dan peran komponen-komponen sistem instruksional seperti guru, pesan, bahan, peralatan, teknik, lingkungan dan sebagainya untuk memecahkan masalah-masalah kependidikan;
(2) meningkatkan fungsi pengembangan instruksional seperti riset teori, desain, produksi, logistik dan sebagainya untuk menganalisis masalah, merancang, melaksanakan dan menilai upaya pemecahan masalah-masalah kependidikan;
(3) meningkatkan fungsi manejemen instruksional, baik manajemen personil maupun manajemen organisasinya untuk mengkoordinasikan salah satu atau beberapa fungsi yang telah disebutkan di atas.

Jika dikaji lebih mendalam mengenai ciri-ciri dan tujuan teknologi pembelajaran di atas, jelaslah bahwa kehadiran teknologi pembelajaran dalam dunia pendidikan adalah karena adanya dorongan-dorongan tertentu.

Adapun hal-hal yang mendorong dikembangkannya teknologi pembelajaran adalah sebagai berikut:

(a) adanya siswa atau peserta didik yang memerlukan bantuan dalam belajar sesuai dengan kemampuannya, kebutuhannya, kondisinya dan tujuannya;

(b) sumber-sumber tradisonal sudah tidak mencukupi lagi kebutuhan pendidikan, oleh karena itu, perlu dikembangkan dan dimanfaatkannya sumber-sumber belajar baru;

(c) adanya komponen-komponen sistem instruksional berupa pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan yang perlu didayagunakan agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektitif dan efisien;

(d) adanya kegiatan sebagai suatu sistem dalam mengembangkan sumber-sumber belajar sebagai komponen sistem instruksional yang bertolak dari suatu teori tertentu dan hasil penelitian, kemudian dirancang, diproduksi, disajikan, digunakan, dinilai untuk disempurnakan, kemudian disebarkan;

(e) adanya kegiatan belajar yang memanfaatkan sumber belajar sebagai komponen sistem instruksional, serta lembaga atau instansi yang terlibat langsung dalam kegiatan tersebut sehingga perlu dikelola dengan baik agar kegiatan tersebut lebih berdaya guna.

Kelima latar belakang tersebut, secara konseptual merupakan gejala bidang garapan teknologi pembelajaran, sekaligus latar belakang diterapkannya konsep teknologi pembelajaran.

Berikut ini akan dikemukakan secara singkat gerakan yang mendasari terwujudnya bidang dan konsep teknologi pembelajaran seperti yang ada sekarang. Pertama adalah lahirnya konsep alat bantu visual (visual aid) dalam pembelajaran. Kedua adalah penggunaan alat bantu visual dalam pembelajaran berkembang dalam audio visual aid. Kemudian yang ketiga adalah dengan dimasukkannya prinsip-prinsip komunikasi dalam pembelajaran, dengan demikian maka tekanan tidak lagi diletakkan pada benda atau bahan pelajaran dalam bentuk audio visual, tetapi dipusatkan kepada keseluruhan proses komunikasi informasi/pesan (massage) dari sumber (source), yaitu guru, kepada penerima (receiver), yaitu siswa. Keempat adalah masuknya ilmu pengetahuan perilaku kepada teknologi pembelajaran. Kelima adalah perkembangan konsep teknologi pembelajaran dari komunikasi audio visual menuju ke pendekatan sistem dalam pembelajaran, dan akhirnya lahirlah konsep teknologi pembelajaran seperti yang ada sekarang.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi pembelajaran pada pokoknya mempunyai lima jenis kegiatan yaitu:
(1) menganalisis masalah dan merumuskan masalah;
(2) merancang pemecahan masalah;
(3) mengembangkan pemecahan masalah;
(4) uji coba, penilaian dan revisi pemecahan masalah, dan
(5) penerapan dan pengendalian pemecahan masalah.

Selasa, 27 Oktober 2009

Hati yang seperti Awan

Melihat langit di sore ini sangat melapang kan hati..
Ya.. melapangkan hati...

Teringat sepintas ucapan seorang guru.. ikhlas itu bagaikan melapangkan hati

Teringat ucapan seorang teman yang mengatakan bahwa ikhlas itu susah sekali.

Saya menelan ludah…mengingatkan diri saya sendiri, bahwa saya juga pernah mengatakan hal yang sama.. dulu sebelum saya mengikuti pelatihan ini. Betapa saya ingin berteriak dan memprotes Tuhan atas hal-hal yang kurang enak. Kenapa saya?? Kenapa harus saya?? Dulu…

Susah.. terlintas beberapa kali ucapan itu. Terlintas juga beberapa kejadian yang “menyadarkan” saya. Kejadian yang mengingatkan saya untuk apa ujian hidup yang pernah saya lalui. Untuk apa saya hidup..dan kenapa saya masih diberi kehidupan…yang akhirnya menggantikan kata “susah” menjadi “proses belajar” belajar pada kehidupan.
Hidup adalah proses untuk menjalani hidup dengan sepenuh hati.

Waktu saya kecil, saya pernah diajari oleh seorang guru agama. Rukun Iman ada 6., yang terakhir bunyi nya: beriman pada qodho dan qodhar…

Apa pun yang ada, sudah ketetapan Allah, dan apa pun itu adalah indah pada saat nya. Bila terasa kurang pas, menurut kita, balik sudut pandang nya, dan lihatlah dengan sudut pandang yang indah.

Meluaskan dan melapangkan hati. Inner journey….

"Hidup yang tidak teruji tidak layak untuk dijalani", kata Socrates.

Menggantikan doa yang saya ucapkan setiap hari, Ya Allah, berilah aku kedamaian hati, Ya Allah berikan juga kemudahan untuk ku. Dan juga untuk semua keluargaku, semua sahabatku, semua teman kerja ku, dan semua manusia yang ada di bumi ini.

Sampai akhirnya saya sampai pada kepahaman untuk hanya melapangkan hati, hanya menerima apa pun yang ada di hadapan saya. Hanya menerima nya saja. Menikmati apa pun yang ada di hadapan saya. Merasakan apa pun itu tanpa memberi alasan kenapa.

Karena saya memahami bahwa semakin banyak pertanyaan, maka akan menjauhkan saya pada jawaban dari proses kehidupan yang sebenarnya

Pada saat yang bersamaan, Gumpalan2 awan yang membentuk lukisan di langit. Indah sekali. Dipadu dengan warna2 yang juga tidak kalah indah nya. Dan burung2 yang menyanyi diatas pagar…

Untuk semua sahabat2ku yang sedang berproses dalam kehidupan nya, hidup ini indah bila kita merasakan indah…

Bila kami terlupa akan makna hidup ini, Ya Allah…ampuni kami
Dengan rahmat Mu Ya Allah… Rahmat Mu yang lebih besar dari murka Mu…
Alhamdulillah atas apapun yang Kau beri kan.
Ku serahkan apa pun yang ku hadapi hanya pada Mu
Hanya dengan doa, saya bisa melakukan sesuatu.
Aku melihat semua manusia yang ada di muka bumi ini bahagia.. bahagia lahir batin.
Dan kebahagiaan itu ada di hati....

Amin

(Diambil dari notes di facebook atas tristiningsih dian ekoputri)

Senin, 26 Oktober 2009

Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling di Sekolah

“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman
dan melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya mengikuti kebenaran
dan saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran”. (Al-Ashr :1-3)


A. PENDAHULUAN
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Secara Etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “Guidance” berasal dari kata “to guide” yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu,” sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat di artikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan.

Dalam, bahasa arab kata konseling disebut al-Irsyad atau al-Itisyarah kata bimbingan disebut al-taujih sehingga disebut at-taujih wal irsyad atau attaujih wal istisyarah. Secara etimologi kata al-irsyad berarti alhuda, addalalaah yang artinya petunjuk sedangkan al-istisyarah berarti talaba minh al-masyurah/an-nashihah yang berarti meminta nasihat atau konsultasi.
Dalam surat Al Ashr ayat 1-3, manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya.

“Berkata orang-orang tiada beriman:”Mengapa tiada diturunkan kepadanya (Muhammad sebuah mukjizat dari Tuhannya?”Jawablah :”Allah membiarkan sesat siapa yang Ia kehendaki, dan membimbing orang yang bertobat kepada-Nya.” (Ar-Ra’d :27)
Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa ada jiwa yang menjadi fasik dan adapula jiwa yang menjadi takwa, tergantung kepada manusia yang memilikinya. Ayat ini menunjukan agar manusia selalu mendidik diri sendiri maupun orang lain, dengan kata lain membimbing kearah mana seseorang itu akan menjadi, baik atau buruk. Proses pendidikan dan pengajaran agama tersebut dapat dikatakan sebagai “bimbingan” dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad SAW, menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama Islam yang diketahuinya, walaupun satu ayat saja yang dipahaminya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasihat agama itu ibarat bimbingan (guidance) dalam pandangan psikologi.

Konseling islami adalah layanan bantuan pada siswa untuk mengenal memahami keadaan dirinya atau hakikatnya atau memahami kembali dirinya dengan kata lain mengingatkan siswa kembali akan fitrahnya.
Bimbingan Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

B. PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN SECARA UMUM
Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai pondasi atau landasan bagi layanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut :
1. Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu
Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun, dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat, preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok daripada perseorangan (individual)
2. Bimbingan bersifat individualisasi
Setiap individu bersifat unik, dan melalui bimbingan individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah individu, meskipun layanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
3. Bimbingan menekankan hal yang positif
Dalam kenyataan masih ada individu yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan dan peluang untuk berkembang.
4. Bimbingan merupakan usaha bersama
Bimbingan bukan hanya tugas dan tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagai teamwork terlibat dalam proses bimbingan.

5. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan
Bimbingan diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasehat kepada individu, yang itu semua sangat penting baginya untuk mengambil keputusan. Kehidupan individu diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi individu untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Jones et.al (1970) berpendapat bahwa kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan individu untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
6. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan.
Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang layanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.

Biasco (Syamsu, 1998:10) mengidentifikasi lima prinsip bimbingan khusus disekolah, yaitu:
1. Bimbingan, baik sebagai konsep maupun proses merupakan bagian integral program pendidikan di sekolah. Oleh karena itu bimbingan dirancang untuk melayani semua siswa, bukan hanya untuk anak berbakat atau yang mempunyai masalah.
2. Program bimbingan akan berlangsung dengan efektif apabila ada upaya kerjasama antar personel sekolah, juga dibantu oleh personel dari luar sekolah, seperti orang tua siswa atau para spesialis.
3. Layanan bimbingan didasarkan kepada asumsi bahwa individu memiliki peluang yang lebih baik untuk berkembang melalui pemberian bantuan yang terencana.
4. Bimbingan berasumsi bahwa individu, termasuk anak-anak memiliki hak untuk menentukan sendiri dalam melakukan pilihan. Pengalaman dalam melakukan pilihan sendiri tersebut berkontribusi kepada perkembangan rasa tanggung jawabnya.
5. Bimbingan ditujukan kepada perkembangan pribadi setiap siswa, baik menyangkut aspek akademik, sosial, pribadi, maupun vokasional.

C. PRINSIP BIMBINGAN DALAM ISLAM
Pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor.Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Selalu memiliki Prinsip Landasan dan Prinsip Dasar yaitu hanya beriman kepada Allah SWT.
2. Memiliki Prinsip Kepercayaan, yaitu beriman kepada Malaikat.
3. Memiliki Prinsip Kepemimpinan, yaitu beriman kepada Nabi dan Rasulnya.
4. Selalu memiliki Prinsip Pembelajaran, yaitu berprinsip kepada Al-Qur’an Al Karim.
5. Memiliki Prinsip Masa Depan, yaitu beriman kepada “Hari Kemudian”
6. Memiliki Prinsip Keteraturan, yaitu beriman kepada “Ketentuan Allah”
Jika konselor memiliki prinsip tersebut (Rukun Iman) maka pelaksanaan bimbingan dan konseling tentu akan mengarahkan counselee kearah kebenaran, selanjutnya dalam pelaksanaannya pembimbing dan konselor perlu memiliki tiga langkah untuk menuju pada kesuksesan bimbingan dan konseling. Pertama, memiliki mission statement yang jelas yaitu “Dua Kalimat Syahadat”, kedua memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus simbol kehidupan yaitu “Shalat lima waktu”, dan ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan “puasa”. Prinsip dan langkah tersebut penting bagi pembimbing dan konselor muslim, karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Akhlakul Karimah). Dengan mengamalkan hal tersebut akan memberi keyakinan dan kepercayaan bagi counselee yang melakukan bimbingan dan konseling.

“Dan hendaklah ada diantara kamu suatu umat yang menyeru berbuat kebaikan, dan menyuruh orang melakukan yang benar, serta melarang yang mungkar. Merekalah orang yang mencapai kejayaan.” (Ali Imran : 104)
Pada ayat tersebut memberi kejelasan bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling akan mengarahkan seseorang pada kesuksesan dan kebijakan, dan bagi konselor sendiri akan mendapat nilai tersendiri dari Allah SWT. Para pembimbing dan konselor perlu mengetahui pandangan filsafat Ketuhanan (Theologie), manusia disebut “homo divians” yaitu makhluk yang berke-Tuhan-an, berarti manusia dalam sepanjang sejarahnya senantiasa memiliki kepercayaan terhadap Tuhan atau hal-hal gaib yang menggetarkan hatinya atau hal-hal gaib yang mempunyai daya tarik kepadanya (mysterium trimendum atau mysterium fascinans). Hal demikian oleh agama-agama besar di dunia dipertegas bahwa manusia adalah mahluk yang disebut mahluk beragama (homo religious), oleh karena itu memiliki naluri agama (instink religious), sesuai dengan firman Allah SWT :

“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah (naluri) Allah yang telah menciptakan manusia menurut naluri itu, tidak ada perubahan pada naluri dari Allah itu. Itulah agama yang lurus, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Ar-Rum : 30)
Dengan berkembangnya ilmu jiwa (psikologi), diketahui bahwa manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan muncullah berbagai bentuk pelayanan kejiwaaan, dari yang paling ringan (bimbingan), yang sedang (konseling) dan yang paling berat (terapi), sehingga berkembanglah psikologi yang memiliki cabang-cabang terapan, diantaranya bimbingan, konseling dan terapi. Selanjutnya ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling dan terapi dimana filosopinya didasarkan atas ayat-ayat Alquran dan Sunnah Rosul. Proses pelaksanaan bimbingan, konseling dan psikoterapi dalam Islam, tentunya membawa kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan hidup yang di ridai Allah SWT.
Ada beberapa ayat yang lebih khusus menerangkan tugas seseorang dalam pembinaan agama bagi keluarganya.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At Tahrim:6)

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” (As-Syu’ara:214)

Sedangkan pada beberapa Hadits yang berkaitan dengan arah perkembangan anak diantaranya:
“Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanya yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR Baihaqi)

“Seseorang supaya mendidik budi pekerti yang baik atas anaknya. Hal itu lebih baik daripada bersedekah satu sha” (HR At Turmudzi)

“Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah budi pekertinya” (HR Ibnu Majah)

D. PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH
Prinsip merupakan paduan hasil kegiatan teoretik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan (Prayitno, 1997:219). Berikut ini prinsip-prinsip bimbingan konseling yang diramu dari sejumlah sumber, sebagai berikut:
a. Sikap dan tingkah laku seseorang sebagai pencerminan dari segala kejiwaannya adakah unik dan khas. Keunikan ini memberikan ciri atau merupakan aspek kepribadian seseorang. Prinsip bimbingan adalah memperhatikan keunikan, sikap dan tingkah laku seseorang, dalam memberikan layanan perlu menggunakan cara-cara yang sesuai atau tepat.
b. Tiap individu mempunyai perbedaan serta mempunyai berbagai kebutuhan. Oleh karenanya dalam memberikan bimbingan agar dapat efektif perlu memilih teknik-teknik yang sesuai dengan perbedaan dan berbagai kebutuhan individu.
c. Bimbingan pada prinsipnya diarahkan pada suatu bantuan yang pada akhirnya orang yang dibantu mampu menghadapi dan mengatasi kesulitannya sendiri.
d. Dalam suatu proses bimbingan orang yang dibimbing harus aktif , mempunyai bayak inisiatif. Sehingga proses bimbingan pada prinsipnya berpusat pada orang yang dibimbing.
e. Prinsip referal atau pelimpahan dalam bimbingan perlu dilakukan. Ini terjadi apabila ternyata masalah yang timbul tidak dapat diselesaikan oleh sekolah (petugas bimbingan). Untuk menangani masalah tersebut perlu diserahkan kepada petugas atau lembaga lain yang lebih ahli.
f. Pada tahap awal dalam bimbingan pada prinsipnya dimulai dengan kegiatan identifikasi kebutuhan dan kesulitan-kesulitan yang dialami individu yang dibimbing.
g. Proses bimbingan pada prinsipnya dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan yang dibimbing serta kondisi lingkungan masyarakatnya.
h. Program bimbingan dan konseling di sekolah harus sejalan dengan program pendidikan pada sekolah yang bersangkutan. Hal ini merupakan keharusan karena usaha bimbingan mempunyai peran untuk memperlancar jalannya proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.
i. Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah hendaklah dipimpin oleh seorang petugas yang benar-benar memiliki keahlian dalam bidang bimbingan. Di samping itu ia mempunyai kesanggupan bekerja sama dengan petugas-petugas lain yang terlibat.
j. Program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya senantiasa diadakan penilaian secara teratur. Maksud penilaian ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan program bimbingan. Prinsip ini sebagai tahap evaluasi dalam layanan bimbingan konseling nampaknya masih sering dilupakan. Padahal sebenarnya tahap evaluasi sangat penting artinya, di samping untuk menilai tingkat keberhasilan juga untuk menyempurnakan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling (Prayitno, 1997:219).
Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
1) Program Bimbingan dan Konseling di sekolah yang perlu disusun adalah program tahunan yang mencakup program semesteran dan laporan bulanan. Laporan bulanan mencakup rekap agenda mingguan yang selanjutnya dijabarkan menjadi agenda kegiatan harian.
2) Unsur-unsur Program Bimbingan dan Konseling meliputi kebutuhan peserta didik, jumlah siswa yang menjadi tanggung jawab guru pembimbing, bidang-bidang bimbingan, jenis layanan dan kegiatan pendukung, volume dan frekuensi layanan, waktu (kapan dan lamanya) kegiatan serta perkiraan penggunaan dana/ prasarana
3) Tahap-tahap pelaksanaan program adalah tahap perencanaan, pelaksanaan, penilaian, analisis hasil penilaian, dan tindak lanjut.

E. KESIMPULAN
• Secara Etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “Guidance” berasal dari kata “to guide” yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu,” sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat di artikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan.

• Prinsip Bimbingan secara umum :
• Bimbingan di peruntukan bagi semua
• Bimbingan bersifat individual
• Bimbingan menekankan hal yang positif
• Bimbingan merupakan usaha bersama
• Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan
• Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan kehidupan)

• Prinsip Bimbingan Islami:
• Selalu memiliki Prinsip Landasan dan Prinsip Dasar yaitu hanya beriman kepada Allah SWT.
• Memiliki Prinsip Kepercayaan, yaitu beriman kepada Malaikat.
• Memiliki Prinsip Kepemimpinan, yaitu beriman kepada Nabi dan Rasulnya.
• Selalu memiliki Prinsip Pembelajaran, yaitu berprinsip kepada Al-Qur’an Al Karim.
• Memiliki Prinsip Masa Depan, yaitu beriman kepada “Hari Kemudian”
• Memiliki Prinsip Keteraturan, yaitu beriman kepada “Ketentuan Allah”

• Tipe konseling dalam pengembangan konseling di sekolah:
o Konseling krisis
o Konseling fasilitatif
o Konseling preventif
o Konseling developmental

• Prinsip-prinsip bimbingan di sekolah :
a. Memperhatikan keunikan, sikap dan tingkah laku seseorang, dalam memberikan layanan perlu menggunakan cara-cara yang sesuai atau tepat.
b. Memilih teknik-teknik yang sesuai dengan perbedaan dan berbagai kebutuhan individu.
c. Bimbingan pada prinsipnya diarahkan pada suatu bantuan yang pada akhirnya orang yang dibantu mampu menghadapi dan mengatasi kesulitannya sendiri.
d. Berpusat pada orang yang dibimbing.
e. Prinsip referal atau pelimpahan dalam bimbingan perlu dilakukan. Ini terjadi apabila ternyata masalah yang timbul tidak dapat diselesaikan oleh sekolah (petugas bimbingan). Untuk menangani masalah tersebut perlu diserahkan kepada petugas atau lembaga lain yang lebih ahli.
f. Memulai aktifitas dengan mengidentifikasi kebutuhan orang yang dibimbing.
g. Fleksibel sesuai kebutuhan orang yang dibimbing.
h. Program bimbingan dan konseling di sekolah harus sejalan dengan program pendidikan pada sekolah yang bersangkutan.
i. Memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan siap bekerjasama dengan siapa saja.
j. Program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya senantiasa diadakan penilaian secara teratur.

F. DAFTAR PUSTAKA
M. Surya. 1988. Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta : UT.
Mungin Eddy Wibowo. 1986. Konseling di Sekolah Jilid I. FIP IKIP Semarang.
Prayitno Erman Amti. 1997. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdikbud
Yusuf, Syamsu LN Dr, Dr Juntika Nurihsan . Landasan Bimbingan dan Konseling. Penerbit Rosda. Bandung. 2006

Internet
http://niqolas.tripod.com/BP_BK.htm
www.indoskripsi.com
Imron Fauzi. 2008. http://imronfauzi.wordpress.com/category/bimbingan-dan-konseling/
Rustantiningsih. 2008. http://re-searchengines.com/rustanti40708.html

Rabu, 14 Oktober 2009

Dunia Kita Hidup Kita


Oleh Ust. Anis Matta
Bisakah kita membayangkan bagaimana dulu, Adam dan Hawa , menjalani hidup ketika hanya mereka berdua yang menghuni bumi ini? Mungkin mudah membayangkan bagaimana mereka mencari makan untuk menyambung hidup, atau membuat rumah tempat mereka berteduh, atau membuat pakaian untuk menutupi aurat mereka. Tapi coba bayangkan bagaimana pada mulanya mereka menemukan bahasa sebagai alat komunikasi mereka? Atau bagaimana mulanya mereka mengenal satu persatu dari jengkal tanah bumi ini?
Bagaimana mereka mengetahui atau menyepakati bahwa tempat mereka berjalan itu bernama tanah, bahwa benda yang tampak jauh di ketinggian sana, yang berwarna biru adalah langit, bahwa ada makhluk lain di dunia selain mereka yang bernama binatang dan tumbuhan, bahwa ada lampu besar yang membuat hari-hari mereka terbelah dalam terang dan gelap, dan bahwa ketika hari terang itu namanya siang dan ketika hari gelap itu namanya malam? Tapi kenapa kemudian kita, anak cucu Adam dan hawa, bisa punya ribuan kata yang berbeda untuk satu benda? Mengapa kita punya banyak bahasa?

Lalu bagaimana pula cara kakek nenek kita itu mengenal dunia yang mereka huni ini? Berapa luaskah dari bumi ini, yang sekarang dihuni oleh sekita 6 milyar anak cucunya, yang bisa mereka jangkau? Bukankah bumi ini terlalu luas untuk mereka berdua, dan karenanya bisa sangat menyeramkan? Lalu seperti apakah bumi dalam persepdi mereka berdua; datar atau bulat? Indah atau jelek? Menyenangkan atau menyengsarakan?

Begitu Adam dan Hawa turun ke bumi ini, tiba-tiba mereka menemukan dunia yang begitu berbeda dengan surge yang sebelumnya mereka huni. Ini dunia baru. Sepenuhnya dunia baru. Tak ada satu yang ia tahu di sini. Sama sekali tak ada. Jadi apa yang pertama mereka lakukan? BELAJAR!!! Itulah yang mereka lakukan. Bukan makan dan minum. Dan siapa yang mengajarkan mereka? HANYA ALLAH!!! “Dan Allah yang mengajarkan Adam nama-nama itu, seluruhnya”. Seluruhnya; nama benda, perbuatan, fikiran, perasaan, nilai dan seterusnya.

Jadi begitulah hidup pada mulanya dijalani dengan pembelajaran. Dan kemudian, seperti apa cara kita memahami dunia kita, seperti itulah kelak kita menjalani hidup. Coba bayangkanberapa ribu tahun yang diperlukan manusia untuk sampai pada pengetahuan bahwa bumi itu bulat dan bukan datar? Dan apa yang kemudian berubah dalam hidup manusia begitu mereka sampai pada pengetahuan itu? Berapa ribu tahun yang diperlukan oleh manusia untuk sampai pada pengetahuan bahwa minyak adalah sumber energy? Dan apa kemudian berubah dalam hidup manusia setelah pengetahuan itu?
Dan inilah kaidahnya : Wajah dunia kita berubah setiap kali kita menemukan satu pengetahuan baru, hidup kita berubah setiap pengetahuan kita bertambah.

Taken From : Majalah Tarbawi, Ed. 213 Th. 11 Dzulqa’dah 1430, 22 Oktober 2009.

Kamis, 24 September 2009

Satu Guru Satu Laptop

IRONI SUMBER DAYA PENDIDIKAN KITA
‘A revolution in teaching the child requires a revolution in the way teachers learn’, kata Wikiversity. Jika ingin terjadi perubahan pada cara belajar siswa kita yang pertama-tama perlu diubah adalah cara belajar gurunya. Kita tidak
mungkin berharap anak-anak kita menguasai teknologi informasi, umpamanya, jika bahkan
para gurunya pun tidak mengenal teknologi tersebut. Jika ingin mengubah wajah pendidikan kita maka yang pertama-tama harus dirombak total adalah sistem pendidikan guru kita di semua LPTK. Jika sistem pembelajarannya masih mengunakan sistem konvensional maka jelas tidak masuk di akal jika kita berharap lulusannya akan dapat menjadi guru yang siap untuk menghadapi tantangan abad 21.

Berbagai hasil statistik menunjukkan ketertinggalan kita di bidang pendidikan.
Masalah besar kita adalah kualitas guru yang kita miliki. Berdasarkan hasil survey dari Pustekkom pada 195 orang guru SMAN ternyata 77% di antara mereka ternyata belum
pernah mengenal internet dan sisanya pernah menggunakan antara 1 s/d 5 kali. Jadi
bagaimana kita bisa berharap bahwa mereka akan dapat mengenalkan teknologi kepada
para siswanya (apalagi menguasainya sebagai bekal hidup di masa depan)

TUGAS GURU ADALAH BELAJAR
Meski selalu dikatakan bahwa tugas guru adalah terus belajar tapi pernahkah kita perduli bagaimana guru belajar dan apa materi yang harus terus dipelajarinya? Fakta adalah bahwa sangat langka ada guru yang terus belajar secara mandiri dan umumnya mereka hanya menggunakan ilmu yang dipelajarinya bertahun-tahun yang lalu ketika masih di bangku kuliah. Guru telah berhenti belajar karena faktor tak adanya alat, materi dan sumber belajar secara mandiri dan tak adanya sistem dan lingkungan yang kondusif untuk mendorong guru untuk tetap belajar memperbaharui ilmu pengetahuan mereka.Dengan jumlah guru hampir 3 juta orang saat ini Depdiknas tidak mungkin diminta untuk menyelenggarakan pelatihan berkala bagi semua guru yang ada sehingga tugas untuk belajar dan berlatih haruslah dilakukan oleh guru sendiri secara mandiri. Depdiknas hanya akan dapat memberikan bentuk pelatihan yang bersifat TOT (training of Trainers) yang nantinya akan diharapkan bergulir. Jadi tantangannya adalah bagaimana caranya membuat guru mau dan mampu belajar secara mandiri dan berkelanjutan. Untuk itu guru harus dibekali dengan alat,materi dan sumber belajar yang dapat digunakannya untuk belajar secara mandiri dan berkelanjutan. Alat, materi dan sumber belajar tersebut haruslah mudah digunakan dan diakses dan juga benar-benar bermanfaat dalam membantu guru menjalankan tugasnya sehari-hari di kelas maupun di luar kelas.

APA MANFAAT TEKNOLOGI INFORMASI BAGI GURU?
Dengan menggunakan teknologi maka guru akan sangat terbantu dalam menjalankan tugasnya dalam mengajar.
Pertama, pembelajaran mereka akan lebih menarik sehingga akan dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dari guru. Visualisasi dan animasi materi pelajaran akan membuat siswa lebih mudah untuk memahami dan lebih tertarik untuk lebih mendalami materi.
Kedua, jika semua materi pembelajaran dapat dikemas dalam sebuah laptop maka itu sama dengan menjinjing dunia dalam satu genggaman. Bayangkan berapa banyak informasi yang bisa dimasukkan dalam laptop tersebut dan ditampilkan oleh guru pada siswa siswanya. Bahkan berbagai kamus dan ensiklopedia dapat ditanamkan dalam laptop tersebut sebagai sumber belajar yang luar biasa kapasitasnya.
Ketiga, memiliki laptop dengan kumpulan informasi yang diperlukan untuk mengajar jelas akan memudahkan guru dalam melakukan persiapan. Persiapan mengajar akan lebih mudah karena tinggal seleksi, salin, edit, dan tempel materi persiapan yang telah ada dan sajikan. Hal ini akan memberikan guru waktu lebih untuk menyiapkan materi pengayaan dan
remidial yang dibutuhkan siswa.
Keempat, pembelajaran jelas akan lebih relevan dengan dunia nyata karena materi yang ada pada laptop tersebut adalah materi-materi yang terbaru dan dapat selalu diupdate. Dengan demikian guru dan siswa dapat melakukan proses belajar mengajar dengan materi yang terkini dan tdak akan ketinggalan dengan materi dari belahan dunia mana pun. Guru dapat menyusun materi sesuai dengan kebutuhan siswa akan kehidupan nyata.
Kelima, pembelajaran jelas akan lebih kontekstual dan bermakna. Guru dan siswa akan saling belajar pada materi-materi yang memiliki hubungan dengan dunia nyata. Guru juga akan lebih terdorong dan tertantang untuk mencari sumber-sumber belajar lain sehingga akan mendorong mereka untuk menjadi lebih aktif dan kreatif.
Keenam, pembelajaran berbasis TI akan mendorong guru untuk dapat menciptakan sendiri materi-materinya dengan berusaha menyempurnakan materi-materi yang telah ada dalam laptopnya. Dengan demikian para guru akan membutuhkan kerjasama dengan guruguru lain dalam menyesuaikan materi yang ada dengan kebutuhan nyatanya di kelas. Hal ini
akan mendorong terwujudnya prinsip belajar seumur hidup atau ‘Life long learning’ karena guru akan tertantang utk selalu mencari bahan dari sumber manapun yang dapat digalinya.
Taken From Tabloid Klubguru edisi 1, Mei 2009

Selasa, 15 September 2009

Sejarah Perkembangan Teknologi Pendidikan

Sejarah perkembangan Teknologi Pendidikan telah berlangsung dari waktu yang lama sekali, banyak pendapat dan kejadian sejarah yang mendasari awal perkembangan Teknologi Pendidikan, terutama yang berkaitan dengan perkembangan instruksional. Untuk itu penulis mencoba sedikit menguraikan kembali sekelumit hal yang berkaitan dengan sejarah perkembangan Teknologi Pendidikan ( pengajaran dan intruksional ).
Sejarah perkembangan teknologi pendidikan menjadi sangat singkat jika dihitung bagaimana jabatan dan pola pikir tlah dibawa bersama sama untuk menciptakan bidang galian dari teknologi pendidikan . peserta didik dari teknologi pendidikan sepanjang tahun 1960 pada umumnya mengikuti salah satu dari dua jalur berikut yaitu pendekatan Audio Visual atau belajar terprogram yang masing masing telah dihubungkan dengan sejumlah kerangka konseptual, adopsi praktis dari kegitan mereka, pelatihan dan kepribadian mereka.

Bagaimana gerakan terbentuknya teknologi pendidikan dimulai oleh salah satu pakar yaitu Dr. James Finn, yang pada saat itu menjadi kepala devisi pendidikan audio visual (DAVI), salah stu tulisan Finn yang terkenal adalah tentang Teknologi dan Proses Pembelajaran. argument utamanya adalah bahwa dalam banyak bidang, masyarakat Amerika Utara telah diubah oleh teknologi dan teknologi itu tak bisa diacuhkan pengaruhnya terhadap pendidikan, cepat atau lambat.

Pada waktu itu dua kecendrungan utama yang dapat membedakan tetapi mereka mengalirkan pada arah kebalikan, yaitu : yang pertama adalah kecendrungan ke arah pembelajaran teknologi masa , seperti dngan mencotohkan keunggulan televisi. Dan yang kedua adalah kecendrungan ke arah individualisme.

Teknologi Pendidikan muncul sebagai bidang studi dan kategori jabatan baru pada tahun 1960, tetapi sebelum itu banyak peristiwa sejarah yan menajad dasar dari sebuah pondasi teknologi pendidikan secara keseluruhan. Seperti psejaran perkembangan Instruksional atau pengajaran. Disinni penulis akan menuliskan lebih lanjut mengenai sejarag perkembangan tersebut, menyangkut perkembangan Teknologi Instruksional, terdapat beberapa pendapat mengenai hal tersebut, mereka membaginya ke dalama beberapa priode, di antaranya :

a. Periode 1932 – 1959
Brown (1984) membahas penjelasan yang dikemukakan Seattler sekitar perkembangan teknologi instruksional. Seattler mengemukakan bahwa teknologi instruksional memiliki dua landasan filosofis dan teoritis yang sangat berbeda, yaitu; physical science dan yang kedua behavior sicence.

Seattler menjelaskan bahwa konsep ilmu pengetahuan alam tentang teknologi instruksional biasanya berarti penggunaan ilmu pengetahuan alam dan teknologi rekayasa, seperti projektor, tape recorder, televisi dan teaching mekanik untuk menyajikan sekolompok materi instruksional., cirinya adalah bahwa konsep ini memandang berbagai media sebagai pembantu untuk mengajar dan berkecendrungan untu lebih memperhatikan alat dan prosedur dari pada memperhatikan perbedaan individual siswa atau materi pelajaran.
Gagasan yang paling berpengaruh dan berakar pada konsep imu pengetahuan alam tentang teknologi instruksional ialah memasukkan material (audio visual) dan mesin (proyektor atau gambar hidup. dan mesin (proyektor atau gambar hidup).

a. Periode 1960 – 1969.
Beberapa kejadian memberikan masukan terhadap prgeseran teoritis secara besar besaran berkenan dengan teknologi intruksional pada akhir tahun 1950 dan awal 1960an, terutama peritiwa peluncuran sputnik pada tahun 1957 yang mencengangkan dunia. Akibat dari itu, terutama di Amerika, sekolah dikritik karena kegagalannya mengjarkan science dan matematika dalam kapaitas yang cukup. Karena itu tekanan lebih di alamatkan kepada teknologi instruksional, akibatnya terdapat dua konstruk teoritis muncul secar bersamaan yang mempengaruhi lapangan teknologi instruksional. Pertama yaitu pengaruh yang kuat dari aliran behaviorisme terhadap semua pendekatan belajar dan yang kedua adalah pendekatan sistem sistem yang datang dari teknik mesin dan teknologi. Gerakan yang berbeda ini akhirnya melahirkan dan saling melengkapi yang disebut dengan Pengajaran Terprogram. Gerakan kaum behavioris melahirkan pegembangan tujuan behavioral, karena diperlukan perumusan tingkah laju lebih lanjut dalam merancang sebuah proses pembelajaran.

b. Periode 1970 – 1983.
Mendekati akhir tahun 1970, muncul kembali pendekatan kognitif dalam pembelajaran. Banyak ahli pikologi yang mengsulakan hal tersebut, salah satunya Wittrock.menurutnya penekatan kognitif berimplikasi bahwa belajar dan pengajaran secara ilmiah akan lebih produktif bila dipelajari sebagai sesuatu yang bersifat internal, yakni suatu proses kognitif berperantara dari pada sebagai produk langsung dari lingungan , orang atau fktor eksternal lainnya.

c. Periode 1983 – muthakir.
Pada masa ini berlangsung kekacau balauan akibat pertengan dari landasan teoritik teknologi instruksional. Perbedaan pendapat ini terutama dialamatkan kepada para perintis audio Visual. Seperti Salomon, yang menganggap audio visual itu sebagai agen informasi dan bukan sebagai stimulus yang langsung untuk respon tertentu. Lebih lanjut mereka berpendapat bahwa media tidak lebih dari kendaraan yang menganku para ahli ke konfrensi pemecahan masalah dan memberi sumbangan terhadappemahaman para ahli tentang masalah tersebut.
Lebih lanjut dari itu sejarah perkembangan Teknologi Pendidikan tidak hanya terbatas pada hal tersebut saja, kita tidak bisa begitu saja melepaskan kaitannya dengan sejarah perkembangan Teknologi Pengajaran. Beberapa para ahli menyebutnya demikian dan mereka menjelaskan perkembangan teknologi pembelajaran ke dalam beberapa masa sejarah, diantaranya :

A. Metode Kaum Sofi.
Perkembangan dari berbagai metoda pengajaran merupakan tanda lahirnya teknologi pengajaran yang dikenal saat ini. Beberapa pendidik pada masa lampau, yaitu golongan Sofi di Yunani, para ahli pendidikan memandang menduga kaum Sofi merupakan kaum teknologi pengajaran yang pertama. Mereka menyampaikan pelajaran dengan berbagai cara dan teknik . mula mula mereka menyampaikan bahan pelajaran yang telah disampaikan secara matang, kemudian mereka melanjutkan dengan perdebatan yang dilakukan dengan secara bebas, pada saat itulah proses kegiatan belajar itu berlangsung. Kemudian jika ada minat dari mayarakat untuk belajar, akan dibuat kontrak dan untuk kemudian menjadi sistem tutor.
Pandangan ajaran kaum Sofi didasarkan atas;
1. Bahwa manusia itu berkembang secara evolusi. Seorang dapat berkembang dengan teratur tahap demi tahap menuju kepada peradaban yang lebih tinggi. Melalui teknologilah permbeelajaran dapat diarahkan secara efektif.
2. Bahwa proses evaluasi itu berlagsung terus, terutama aspk-aspek moral dan hukum.
3. Sejarah dipandang sebagai gerak perkembangan yang bersifat evousi berkelanjutan.
4. Demokrasi dan persamaan sebagai sikap masyarakat merupakan kaidah umum.
5. Bahwa asas teori pengetahuan bersifat progresif, pragmatis, empiris dan behavioristik.
Gagasan kaum Sofi ini cukup banyak mempengaruhi kurikulum di Eropa, misalnya penggunaan retorika, dialektika, dan gramar sebagai materi utama dalam quadrivium dan trivium.
B. Metode Socrates
Bentuk pengajaran lebih ke dalam bentuk berfilsfat, metode yang dipakan disebut dengan Maieutik atau menguraikan, yng sekarang dikenal dengan nama metoda inkuiri. Pelaksanaanny berlangung dengan cara take and give of conversation. Dengan cara memberikan pertanyaan yang mengarah kepada suatu masalah tertentu. Pada dasarnya Socrates mengajarkan tentang mencari pengertian, yaitu suatu bentuk tetap dari sesuatu.

C. Metode Abelard.
Metode Abelard ini berlangsung pada masa pemerintahan Karel Agung di Eropa. Metoda yang di pakai bertujuan untuk membentuk kelmpok pro dan kontra terhadap suatu materi. Guru tidak memberikan jawaban final tetapi siswalah yang akan menyimpulka jawaban itu sendiri. Metoda ini biasa disebut dengan ‘ Sic et Non’ atau setuju atau tidak.

D. Metoda Lancaster
Metoda Lancerter ini dalam bentuk sistem Monitoring yang merupakan bentuk pengajaran yang unik, meliputi pengorganisasian kelas, materi pelajaran sesuai dengan rencanannya yang meningkat dan dikelola secara ekonomis. Lancaster mempelajari konstruksi kelas kusus yang dapat mendayagunakan secara efektif penggunaan media pengajaran dan pengelompokan siswa. Dalam sistem pengajaran Lacaster, pemakaian media pengajaran masih sederhana. Seperti penggunaan pasir dalam melatih siswa menulis.
E. Metoda Pestalozi.
Pengamatan pada alam merupakan landasan utama dari proses daktiknya. Pengetahuan bermula dari adanya pengamatan , dan pengamatan menimbulkan pengertian, selanjutnya pengertian yang bari itu menimbulkan pengertian yang selanjutnya pengertiaan tersebut bergabung dengan yang lama untuk menjadi sebuah pengetahuan. Dan dapt dikatakan bahwa perintisan ke arah peendayagunaan perangkat keras ata hardware sebenarnya telah dimulai pada masa Pestazoli ini, seperti penciptaan papan aritmatik yang terbagi dalam kotak kotak yang di setiap kotaknya diberi garis-garis yang secara keseluruhan berjumlah 100 kotak kecil. Selain itu Pestalozi juga menciptakan stylabaries untuk melatih siswanya dalam mempelajri angka, bentuk, posisi dan warna disain.

F. Metoda Froebel.
Metode Froebel didasarkan kepada metodologi dan pandangan filsafafnya yang intinya mengatakan bahwa pendidkan masa kanak kanak merupakan hal paling penting untuk keseluruhan kehidupnnya. Karena itulah Froebel mendikrikan Kindergarten atau yang lebih dikenal dengan Taman Kanak – kanak. Metoda pengajaran Kindergasten dari Froebel meliputi kegiatan berikuti :

a. Bermain dan bernyanyi
b. Membentuk dengan melakukan kegiatan.
c. Grift dan Occupation.

G. Metoda Friedrich Herbart.
Praktek pendidikan Herbert terlihat adanya pengaruh Freobert terutama pada aspek pengembangan moral sebagai tujuan utama pendidikan. Metoda instruksionalnya didasarkan kepada ilmu jiwa yang sistematis. Dengan demikian siswa secara pikologis dibentuk oleh gagasan yang datang dari luar.

Definisi Teknologi Pendidikan

Definisi awal Teknologi Pendidikan dipandang sebagai media
Teknologi Pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengealuasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam betuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif.

Definisi teknologi pendidikan pada awal tahun 1920 dipandang sebagai media. Akar terbentuknya pandangan ini terjadi ketika pertama kali diproduksi media pendidikan pada awal abad dua puluhan. Media ini, sebagai media pembelajaran visual yang berupa film, gambar dan tampilan yang mulai ramai pada tahun 1920. definisi formal pembelajaran visual terfokus pada media yang digunakan untuk menampilkan sebuah pelajaran. Pandangan ini berlanjut sampai 1950.

Tahun 1960 dan 1970 Teknologi Pendidikan dipandang sebagai suatu proses.
Awal tahun 1950, khususnya selama tahun 1960 dan 1970 sejumlah ahli dalam bidang pendidikan mulai mendiskusiakan teknologi pendidikan dalam suatu yang berbeda. Mereka membahasnya sebagai suatu proses. Contohnya Finn (1960) mengatakan bahwa teknologi pendidikan harus dipandang sebagai suatu cara untuk melihat masalah pendidikan dan mneguji kemungkinan solusi dari masalah tersebut. Sedangkan Lumsdaine (1964) mengatakan bahwa teknologi pendidikan dapat dijadikan aplikasi ilmu pengetahuan pada praktek pendidikan. Pada tahun 1960an dan 1970 banayak definisi teknologi pendidikan yang dipandang sebagai suatu proses.

Definisi 1963
Di tahun 1963, definisi teknologi pendidikan digambarkan bukan hanya sebagai sebuah media. Definisi ini (Ey, 1963) menghasilkan dengan suatu komisi pengawas yang dibentuk olep Departemen Pendidikan Audiovisual (sekarang dikenal sebagai Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan). Hal ini merupakan suatu hal yang berangkat dari pandangan “tradisional” terhadap teknologi pendidikan. Definisi kini lebih memusat pada desain pembelajaran dan penggunaan media sebagai pengendalian proses belajar (p. 38). Lebih dari itu pengertian kini lebih menganali serangkaian langkah-langkah penerapan, perancangan, dan penggunaan. Langkah-langkah ini mencakup perencanaan, produksi, pemilihan, pemanfaatan, dan manajemen. Perubahan disini mencerminkan bahwa, bagaimana lingkungan dan kemajuan zaman dapat mengubah sebuah definisi dan praktek dari teknologi pendidikan.

Definisi 1970
Definisi selanjutnya merupakan definisi tahun 1970-an yang dikeluarkan oleh Komisi Pengawas Teknologi Pendidikan. Komisi pengawas ini dibentuk dan dibiayai oleh pemerintah Amerika Serikat untuk menguji permasalahan dan manfaat potensial yang berhubungan dengan teknologi pendidikan di sekolah-sekolah.

Teknologi pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan mengunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif.
Jadi menurut konsep ini tujuan utama teknologi pembelajaran adalah membuat agar suatu pembelajaran lebih efektif. Bagaimana hal itu dilakukan? Dengan cara mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi secara sistematis berdasarkan teori komunikasi dan belajar tentunya, serta memanfaatkan segala sumber baik yang bersifat manusia maupun non manusia, dengan demikian, sejak tahun 1970an, sudah ada pandangan bahwa manusia (dalam hal ini guru) bukanlah satu-satunya sumber belajar.

Definisi 1977
Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang terintegerasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisa masalah dan merancang. Melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia.

Definisi 1994
Teknologi instruksional adalah praktek dalam mendesain, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola dan menilai proses-proses maupun sumber-sumber balajar.
Definisi ini lebih operasional dari pada rumusan tahun 1977 yang terlalu rumit, definisi ini menegaskan bahwa adanya lima dominant teknologi pembelajaran, yaitu kawasan desain, kawasan pengemabangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan, dan kawasan penilaian baik untuk proses maupun sumber belajar, seorang teknolog pembelajaran bias saja memfokuskan bidang garapannya dalam salah satu kawasan tersebut.

Definisi baru : menyatakan peran media, desain pembelajaran sistematis, dan pendayagunaan teknologi.
Bidang teknologi dan desain pembelajaran mencakup analisis pembelajaran dan pencapaian masalah serta rancangan, pengembangan, pemanfaatan, evaluasi, manajemen, pembeljaaran, proses non pembelajaran untuk meningkatkan pencapaian pelajaran dalam berbagai peraturan, bidang pendidikan dan tempat kerja.

Para ahli bidang desain pembelajaran dan teknologi sering menggunakan prosedur desain pembelajaran yang sistematis dari berbagai media pembelajaran untuk menyelesaikan tujuan mereka.

Definisi ini menggaris bawahi dua praktek yaitu penggunaan media untuk tujuan pendidikan dan penggunaan prosedur desain pembelajaran yang sistematis.
Mengapa kita menyebutnya desain pembelajaran dan teknologi ?
Definisi berbeda dari yang sebelumnya. Lebih mengacu pada bidang desain pembelajaran dan teknologi dibandingkan dengan teknologi pembeljaaran. Mengapa kebanyakan individu menggambarkan istilah teknologi pembelajaran dengan komputer, video, OHP, dan segala jenis hardware dan software lainnya yang berhubungan dengan media pembelajaran. Dengan kata lain banyak individu yang menyamakan teknologi pembelajaran dengan desain pembelajaran. Praktek desain pembelajaran sudah meletus sehingga banyak digunakan oleh individu yang menyebut diri mereka perancang pembelajaran.

Teknologi pendidikan adalah kajian dan praktek untuk membantu proses belajar dan meningkatkan kinerja dengan membuat, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang memadai. Istilah teknologi pendidikan sering dihubungkan dengan teori belajar dan pembelajaran. Bila teori belajar dan pembelajaran mencakup proses dan sistem dalam belajar dan pembelajaran, teknologi pendidikan mencakup sistem lain yang digunakan dalam proses mengembangkan kemampuan manusia.

Kamis, 10 September 2009

Pengembangan Teknologi Pendidikan


Sebelum kita masuk ke dalam pengembangan kurikulum, ada baiknya kita ingat kembali beberapa pengetahuan tentang Teknologi Pendidikan, baik dari segi Definisi, Konsep, dll.

A. Definisi Teknologi Pendidikan
Suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif.

B. Konsep Teknologi Pendidikan
 Menggunakan berbagai sumber belajar. (Media, peralatan, manusia, teknik, metode dan strategi pembelajaran).
 Penekanan dan berfokus pada belajar menjadi lebih menyentuh dan lebih bermakna bagi setiap individu dan bersifat pribadi bagi orang yang belajar.
 Menggunakan pendekatan sistem dalam pemecahan masalah”human learning”.

C. Perkembangan Pendidikan
Menurut Nana Sudjana berdasarkan perjalanan sejarah dunia pendidikan mempunyai empat perubahan ditinjau dari cara penyajian materi pelajarannya.
1. Perkembangan yang pertama, Tatkala dalam masyarakat tumbuh suatu profesi baru yang disebut “guru” yang diberi tanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan mewakili orang tua.
2. Perkembangan yang kedua dimulai dengan dipergunakannya bahasa tulisan di samping bahasa lisan dalam penyajian materi ajaran.
3. Perkembangan yang ketiga terjadi dengan ditemukannya teknik pencetakan yang memungkinkan diperbanyaknya bahan-bahan bacaan dalam bentuk buku-buku teks sebagai materi pelajaran tercetak.
4. Perkembangan pendidikan yang keempat terjadi dengan mulai masuknya teknologi berikut produknya yang menghasilkan alat-alat mekanis, optis, maupun elektronis.
Sistematis perkembangan teknologi pengajaran
1) Alat Bantu Visual, dalam konsep pengajaran visual adalah setiap gambar, model, benda, atau alat-alat lain yang memberikan pengalaman visual yang nyata kepada siswa.
2) Alat Bantu Audiovisual, Istilah ini bermakna sejumlah peralatan yang dipakai oleh para guru dalam menyampaikan konsep, gagasan, dan pengalaman yang dianggap oleh indra pandang dan pendengaran. Penekanan utama dalam pengajaran audiovisual adalah pada nilai belajar yang diperoleh melalui pengalaman konkret, tidak hanya didasarkan atas kata-kata belaka.
3) Komunikasi Audiovisual, Tekanan tidak lagi diletakkan pada benda atau bahan pelajaran dalam bentuk materi audiovisual untuk pengajaran, melainkan dipusatkan pada keseluruhan proses komunikasi informasi/pesan (message) dari sumber (source) yaitu guru, kepada penerima (reciver) yaitu siswa.
4) Kontribusi Ilmu Pengetahuan Perilaku, . merupakan aplikasi langsung dari pandangan bahwa peralatan dan bahan pelajaran harus dapat berbuat lebih banyak daripada sekedar penyaji informasi, alat-alat dan bahan pelajaran itu harus dikaitkan kepada perilaku siswa.
5) Pendekatan Sistem dalam Pengajaran, perkembangan konsep teknologi pengajaran dan komunikasi audiovisual menuju ke pendekatan sistem, disebabkan oleh adanya pemikiran yang memandang teknologi pendidikan sebagai suatu pendekatan sistem di dalam proses belajar mengajar yang dipusatkan pada desain, implementasi, dan evaluasi terhadap proses mengajaran dan belajar
6) Dari Komunikasi Audiovisual dan Pendekatan Sistem ke Teknologi Pengajaran, makna teknologi bukan hanya terdiri dari mesin dan manusia melainkan merupakan susunan padu yang unik dari manusia dan mesin, gagasan, prosedur, dan pengelolaan.
Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca, penugasan, presentasi dan evaluasi, secara umum keterlaksanaannya tergantung dari satu atau lebih dari tiga mode dasar dialog/komunikasi sebagai berikut (Boettcher 1999) :
* dialog/komunikasi antara guru dengan siswa
* dialog/komunikasi antara siswa dengan sumber belajar
*dialog/komunikasi di antara siswa
Para pakar pendidikan menyatakan bahwa keberhasilan pencapaian tujuan dari pembelajaran sangat ditentukan oleh keseimbangan antara ketiga aspek tersebut.

D. Pengembangan teknologi pendidikan
a. Menggunakan teknologi komputer dalam pembelajaran.
 dikenal dengan istilah "Computer Asisted Instruction (CAI)". atau dalam istilah yang sudah diterjemahkan disebut sebagai "Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK)".
 CAI adalah suatu program pembelajaran yang dibuat dalam sistem komputer, di mana dalam menyampaikan suatu materi sudah diprogramkan langsung kepada pengguna. Materi pelajaran yang sudah terprogram dapat disajikan secara serentak antara komponen gambar, tulisan, warna, dan suara.
 Menggunakan web, blog, serta fasilitas internet lainnya.

b. Menggunakan multimedia
 multimedia pembelajaran mempunyai pengertian penggunaan banyak media (teks, grafis, gambar, foto, audio, animasi dan video) atau paling tidak bermakna lebih dari satu media, yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran secara bersama-sama guna mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu.
# Format penyampaian program multimedia dan CAI berupa :
1. Tutorial, program ini merupakan program yang dalam penyampaian materinya dilakukan secara tutorial. Informasi yang berisi suatu konsep disajikan dengan teks. gambar baik diam atau bergerak, dan grafik.
2. Drill and practice
Format ini dimaksudkan untuk melatih pengguna sehingga memiliki kemahiran dalam suatu keterampilan atau memperkuat penguasaan suatu konsep. Program menyediakan serangkaian soal atau pertanyaan yang biasanya ditampilkan secara acak, sehingga setiap kali digunakan maka soal atau pertanyaan yang tampil selalu berbeda, atau paling tidak dalam kombinasi yang berbeda.
3. Simulasi
Program multimedia dengan format ini mencoba menyamai proses dinamis yang terjadi di dunia nyata, misalnya untuk mensimulasikan pesawat terbang di mana pengguna seolah-olah melakukan aktivitas menerbangkan pesawat terbang, menjalankan usaha kecil, atau pengendaiian pembangkit listrik tenaga nukiïr dan lain-lain. Pada dasmya format ini mencoba memberikan pengalaman masalah dunia nyata yang biasanya berhubungan dengan suatu resiko, seperti pesawat akan jatuh atau menabrak, perusahaan akan bangkrut, atau terjadi malapetaka nuklir
4. Percobaan atau eksperimen
Format ini mirip dengan format simulasi, namun lebih ditujukan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat eksperimen, seperti kegiatan praktikum di laboratorium IPA, biologi atau kimia. Program menyediakan serangkaian peralatan dan bahan, kemudian pengguna bisa melakukan percobaan atau eksperimen sesuai petunjuk dan kemudian mengembangkan eksperimen-eksperimen lain berdasarkan petunjuk tersebut. Diharapkan pada akhirnya pengguna dapat menjelaskan suatu konsep atau fenomena tertentu berdasarkan eksperimen yang mereka Iakukan secara maya tersebut.

5. Permainan
Tentu saja bentuk permainan yang disajikan di sini tetap mengacu pada proses pembelajaran, dan dengan program multimedia berformat ini diharapkan terjadi aktivitas belajar sambil bermain. Dengan demikian pengguna tidak merasa bahwa mereka sesungguhnya sedang mempelajari suatu konsep.

c. Pengembangan Kurikulum
d. Pengembangan siswa
.
Siswa diarahkan berkembang sesuai minat dan bakat.
e. Pengembangan Guru
Sebagai salah satu perangkat teknologi pendidikan guru menjadi faktor penentu kesuksesan proses belajar mengajar.

Selasa, 08 September 2009

Disain Teknologi Pendidikan



Teknologi pembelajaran memiliki kawasan yaitu ada lima bidang; desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian (Sheel & Richey, 1994). Sebelumnya Reigeluth (1983) menguraikan beberapa kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan yaitu; desain, pengembangan, pelaksanaan, pengelolaan, dan evaluasi. Lima bidang kawasan teknologi pembelajaran tersebut di atas tertuang dalam definisi bidang tahun 1994. Yaitu; Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi proses dan sumber untuk belajar (Sheel & Richey, 1994).

Teknologi pembelajaran tidak ubahnya seperti ”tulang” tempat melekatnya berbagai disiplin ilmu yang dibelajarkan. Karena itu pula, desainer tidak dapat bekerja sendiri, ia harus bekerja bersama ahli isi pembelajaran atau subject matter expert (Dick, Carey dan Carey, 2001). Demikian pula pernyataan Sheel & Richey (1994) bahwa penelitian dalam teknologi pembelajaran cenderung memadukan kekuatan semua kawasan teknologi pembelajaran. Kecenderungan itu diakibatkan karena penelitian dalam teknologi pembelajaran banyak dipengaruhi oleh teori-teori dari berbagai disiplin ilmu lain, diantaranya; psikologi, rekayasa, komunikasi, ilmu komputer, bisnis, pendidikan dan lain-lainnya. Diantara lima kawasan ini memiliki hubungan sangat erat sekali yang mengakibatkan tidak jelas perbedaan antar kawasan.

Dick, Carey, dan Carey (2001) memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sitematis. Pada kenyataannya cara kerja yang sistematis inilah dinyatakan sebagai model pendekaan sistem. Dipertegas oleh Dick, Carey, dan Carey (2001) bahwa pendekatan sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan pembelajaran (Instructional Systems Development /ISD). Jika berbicara masalah desain maka masuk ke dalam proses, dan jika menggunakan istilah instructional design (ID) mengacu kepada instructional system development (ISD) yaitu tahapan analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Instructional desain inilah payung bidang (Dick, Carey, dan Carey, 2001).

A. Model Dick, Carey dan Carey

Komponen model Dick, Carey, dan Carey meliputi; pembelajar, pebelajar, materi, dan lingkungan. Demikian pula dilingkungan pendidikan non formal meliputi; warga belajar (pebelajar), tutor (pembelajar), materi, dan lingkungan pembelajaran. Semua berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bila melihat komponen bekerja dengan memuaskan atau tidak maka perlu mengembangkan format evaluasi (Dick, Carey, dan Carey, 2001). Jika dari hasil evaluasi menunjukkan unjuk kerja pebelajar tidak memuaskan maka komponen tersebut direvisi untuk mencapai kriteria efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Komponen model Dick, Carey, dan Carey dipengaruhi oleh Condition of Learning hasil penelitian Robert Gagne yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1965. Condition of learning ini berdasarkan asumsi psikologi behavioral, psikologi cognitive, dan konstruktivisme yang diterapkan secara eklektic (Dick, Carey, dan Carey, 2001). Tiga proyek utama yang dihasilkan oleh Gagne (Bostock, 1996) yaitu 1) instructional events, 2) types of learning outcomes, 3) internal conditions and external conditions. Ketiganya merupakan masukan yang penting dalam memulai kegiatan desain pembelajaran.

Komponen dan tahapan model Dick, Carey, dan Carey lebih kompleks jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain seperti Morrison, Ross, & Kemp (2001). Walaupun model Morrison, Ross, & Kemp juga memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem, tetapi sedikit berbeda. Mereka menyebutkan desain pembelajaran sebagai metode yang sistematis tetapi bukan pendekatan sitematis. Tahapan yang diguanakan yaitu perencanaan, pengembangan, evaluasi, dan management proses. Sedangkan komponen dasar sistem meliputi learners, objectives, methods, dan evaluation yang selanjutnya dikembangkan menjadi 9 (sembilan) rencana desain pembelajaran.

Pada umumnya, tahap pertama dalam desain pembelajaran adalah analisis untuk mengetahui kebutuhan dalam pembelajaran, dan mengidentifikasi masalah-masalah apa yang akan dipecahkan. Model Dick, Carey, dan Carey menerapkan tahapan ini, dengan demikian pengembangan yang dilakukan berbasis kebutuhan dan pemecahan masalah. Produk yang direkomendasikan dalam model ini yaitu sebuah produk yang dapat digunakan untuk belajar mandiri (Nasution, 1995; Dick, Carey, dan Carey, 2001; Heinich, Molenda, Russel, & Smadino, 2002). Model ini juga memungkinkan warga belajar menjadi aktif berinteraksi karena menetapkan strategi dan tipe pembelajaran yang berbasis lingkungan. Dengan bentuk pembelajaran yang berbasis lingkungan, yang disesuaikan dengan konteks dan setting lingkungan sekitar atau disebut juga sebagai situational approach oleh Canale & Swain (1980) memungkinkan pebelajar bahasa (sebagaimana dinyatkan oleh Sadtono, 1987) dapat mengoptimalkan kompetensi komunikatif.

Seperti yang diuraikan sebelumnya, tahapan model pengembangan sistem pembelajaran (Instructional Systems Develovment / ISD) Dick, Carey, dan Carey (2001) terdiri dari 10 tahapan. Tahapan tersebut dapat dicermati sebagaimana dalam gambar dibawah ini. Khusus tahapan ke 10 tidak dimasukkan dalam gambar, karena itu landasan teori penelitian ini dikembangkan berdasarkan 9 tahapan. Berikut dijelaskan tahapan pengembangan sistem pembelajaran Dick, Carey, and Carey:

Model rancangan pembelajaran Dick, Carey, dan Carey (2001)

1. Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan,

Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah langkah pertama yang dilakukan untuk menentukan apa yang anda inginkan setelah warga belajar melaksanakan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari serangkaian tujuan pembelajaran yang ditemukan dari analisis kebutuhan, dari kesulitan-kesulitan warga belajar dalam praktek pembelajaran, dari analisis yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerja dalam bidang, atau beberapa keperluan untuk pembelajaran yang aktual.

2. Melakukan analisis Pembelajaran,

Setelah mengidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah menentukan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Langkah terakhir dalam proses analisis tujuan pembelajaran adalah menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang disebut sebagai entry behavior (perilaku awal/masukan) yang diperlukan oleh warga belajar untuk memulai pembelajaran.

3. Menganalisis warga belajar dan lingkungannya,

Analisis pararel terhadap warga belajar dan konteks dimana mereka belajar, dan konteks apa tempat mereka menggunakan hasil pembelajaran. Keterampilan-keterampilan warga belajar yang ada saat ini, yang lebih disukai, dan sikap-sikap ditentukan berdasarkan karakteristik atau setting pembelajaran dan setting lingkungan tempat keterampilan diterapkan. Langkah ini adalah langkah awal yang penting dalam strategi pembelajaran.

4. Merumuskan tujuan khusus,

Menuliskan tujuan unjuk kerja (tujuan pembelajaran). Berdasarkan analisis tujuan pembelajaran dan pernyataan tentang perilaku awal, catatlah pernyataan khusus tentang apa yang dapat dilakukan oleh warga belajar setelah mereka menerima pembelajaran. Pernyataan-pernyataan tersebut diperoleh dari analisis pembelajaran. Analisis pembelajaran dimaksudkan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan yang dipelajari, kondisi pencapaian unjuk kerja, dan kriteria pencapaian unjuk kerja.

5. Mengembangkan instrumen penilaian,

Berdasarkan tujuan pembelajaran yang tertulis, kembangkan produk evaluasi untuk mengukur kemampuan warga belajar melakukan tujuan pembelajaran. Penekanan utama berada pada hubungan perilaku yang tergambar dalam tujuan pembelajaran dengan untuk apa melakukan penilaian.

6. Mengembangkan strategi pembelajaran,

Strategi pembelajaran meliputi; kegiatan prapembelajaran (pre-activity), penyajian informasi, praktek dan umpan balik (practice and feedback, pengetesan (testing), dan mengikuti kegiatan selanjutnya. Strategi pembelajaran berdasarkan teori dan hasil penelitian, karakteristik media pembelajaran yang digunakan, bahan pembelajaran, dan karakteristik warga belajar yang menerima pembelajaran. Prinsip-prinsip inilah yang digunakan untuk memilih materi strategi pembelajaran yang interaktif.

7. Mengembangkan materi pembelajaran,

Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, produk pengembangan ini meliputi petunjuk untuk warga belajar, materi pembelajaran, dan soal-soal. Materi pembelajaran meliputi : petunjuk untuk tutor, modul untuk warga belajar, transparansi OHP, videotapes, format multimedia, dan web untuk pembelajaran jarak jauh. Pengembangan materi pembelajaran tergantung kepada tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan sumber belajar yang ada disekitar perancang.

8. Merancang & Mengembangkan Eva Formatif,

Dalam merancang dan mengembangkan evaluasi formative yang dihasilkan adalah instrumen atau angket penilaian yang digunakan untuk mengumpulkan data. Data-data yang diperoleh tersebut sebagai pertimbangan dalam merevisi pengembangan pembelajaran ataupun produk bahan ajar. Ada tiga tipe evaluasi formatif : uji perorangan (one-to-one), uji kelompok kecil (small group) dan uji lapangan (field evaluation).

9. Merevisi Pembelajaran,

Data yang diperoleh dari evaluasi formative dikumpulkan dan diinterpretasikan untuk memecahkan kesulitan yang dihadapi warga belajar dalam mencapai tujuan. Bukan hanya untuk ini, singkatnya hasil evaluasi ini digunakan untuk merevisi pembelajaran agar lebih efektif.

10. Mengembangkan evaluasi sumatif.

Di antara kesepuluh tahapan desain pembelajaran di atas, tahapan ke-10 (sepuluh) tidak dijalankan. Evaluasi sumative ini berada diluar sistem pembelajaran model Dick & Carey, (2001) sehingga dalam pengembangan ini tidak digunakan.

B. Aplikasi Model Teori Dick, Carey dan Carey

1. Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan,

Guru menganalisis tujuan pembelajaran. Paling umum tujuan pembelajaran adalah siswa dapat menerima materi pengajaran. Untuk mencapai tujuan, guru tidak harus melaksanakan proses tatap muka, tetapi bisa membuat website dan blog. Dengan demikian, siswa yang tidak hadir pun dapat mengakses materi yang disampaikan sang guru. Mengenai kesulitan dalam tanya, maka disediakan fasiltas YM (Yahoo Messanger) dan Chatting via Facebook dan Google Talk.

Selain website, pihak sekolah atau guru dapat menyediakan jasa telekonferen atau menyediakan video yang dapat ditayangkan di Youtube. Dengan media video tersebut, guru tidak perlu hadir.

2. Melakukan analisis Pembelajaran,

Melakukan penilaian terhadap materi pengajaran untuk dibuatkan materinya kedalam website.

3. Menganalisis warga belajar dan lingkungannya,

Menganalisis siswa, apakah mereka mampu mengakses internet, televisi, dan lain sebagainya.

4. Merumuskan tujuan khusus,

Membuat pertanyaan kepada siswa mengenai sistem pembelajaran melalui internet dan video. Apakah mereka puas atau tidak?

5. Mengembangkan instrumen penilaian,

Setelah evaluasi, maka dilakukan pengembangan produk teknologi pembelajaran.

6. Mengembangkan strategi pembelajaran,

Mengembangkan kegiatan prapembelajaran (pre-activity), penyajian informasi, praktek dan umpan balik (practice and feedback, pengetesan (testing), dan mengikuti kegiatan selanjutnya.

7. Mengembangkan materi pembelajaran,

Materi pembelajaran meliputi : petunjuk untuk tutor, modul untuk warga belajar, transparansi OHP, videotapes, format multimedia, dan web untuk pembelajaran jarak jauh. Pengembangan materi pembelajaran tergantung kepada tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan sumber belajar yang ada disekitar perancang.

8. Merancang & Mengembangkan Eva Formatif,

Membuat evaluasi formatif : uji perorangan (one-to-one), uji kelompok kecil (small group) dan uji lapangan (field evaluation).

9. Merevisi Pembelajaran,

Menganalisis proses pembelajaran

10. Mengembangkan evaluasi sumatif.

C. Model Barbara B. Seels dan Rita C. Richey

Menurut Barbara B. Seels dan Rita C. Richey, teknologi pembelajaran dibentuk oleh : (1) landasan penelitian dan teori; (2) nilai dan perspektif yang berlaku; (3) kemampuan teknologi itu sendiri.

1. Pengaruh Teori dan Penelitian

Teknologi Pembelajaran telah dipengaruhi oleh teori dari berbagai bidang kajian. Akar teori ini dapat ditemui dalam berbagai disiplin, termasuk : psikologi, rekayasa, komunikasi, ilmu komputer, bisnis, dan pendidikan secara umum.

Secara singkat, pengaruh teori dan penelitian terhadap masing-masing kawasan dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Desain

Teori sistem umum diterapkan melalui aplikasi model-model perancangan sistem pembelajaran, terutama dengan didukung logika deduktif, penilaian praktek dan pengalaman yang sukses. Hasil-hasil penelitian yang ada tentang desain sistematik dapat mendukung terhadap komponen-komponen proses perancangan.

Penelitian dan teori psikologi yang berkembang pun telah memberikan kontribusi terhadap perancangan, baik yang dikembangkan oleh kelompok aliran psikologi behaviorisme, maupun kognitivisme dan konstruktivisme. Selain itu, sumbangsih teori dan penelitian psikologi tentang motivasi juga berpengaruh terhadap proses perancangan.

Teori dan penelitian tentang Belajar-Mengajar memiliki pengaruh terhadap desain, baik dalam penentuan tugas-tugas belajar, penentuan tujuan pembelajaran, pemilihan metode dan media pembelajaran, penentuan materi pembelajaran dan sebagainya.

Teori komunikasi dan penelitian tentang pesepsi-atensi telah memberikan pengaruh terhadap proses perancangan, seperti dalam tata letak, halaman, desain layar, desain grafis visual. Studi yang dilakukan Flemming (1987) menyimpulkan tentang karakteristik-karakteristik persepsi yang relevan untuk perancangan, meliputi : pengorganisasian, perbandingan dan kontras, warna kemiripan, nilai dan informasi yang disajikan.

b. Pengembangan

Proses pengembangan bergantung pada prosedur desain, akan tetapi prinsip-prinsip utamanya diturunkan dari hakekat komunikasi dan proses belajar. Pada kawasan pengembangan tidak hanya dipengaruhi oleh teori komunikasi semata, tetapi juga oleh teori pemrosesan visual-audial, berfikir visual, dan estetika.

Teori Shannon dan Weaver (1949) tentang proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima dengan menggunakan sarana sensorik. Berikutnya, pemikiran Belo tentang Model SMCR (Sender, Massage, Channel, Receiver), dan beberapa teori lainnya dalam bidang komunikasi secara umum telah menjadi landasan dalam proses pengembangan.

Proses pengembangan juga telah dipengaruhi oleh teori berfikir visual, belajar visual dan komunikasi visual. Teori berfikir visual sangat berguna terutama dalam mencari ide untuk perlakuan berfikir visual. Menurut Seels (1993) bahwa berfikir visual merupakan manipulasi bayangan mental dan asosiasi sensor dan emosi. Arnhem (1972) menjelaskan berfikir visual sebagai fikiran kiasan dan di bawah sadar. Berfikir visual menuntut kemampuan mengorganisasi bayangan sekitar unsur-unsur garis, bentuk, warna, tekstur, atau komposisi..

Sementara itu, prinsip-prinsip estetika juga menjadi landasan dalam proses pengembangan. Molenda dan Russel (1993) mengidentifikasi unsur kunci seni yang digunakan dalam perancangan visual, yaitu : pengaturan, keseimbangan dan kesatuan.

Teori dan penelitian dalam bidang komputer yang dikombinasikan dengan teori-teori lainnya, khususnya dengan teori pembelajaran telah memungkinkan lahirnya berbagai bentuk pembelajaran, seperti pembelajaran jarak jauh yang di dalamnya memerlukan prinsip-prinsip komunikasi umum, prinsip-prinsip desain grafis, prinsip-prinsip belajar interaktif dan teknologi elektronik yang canggih.

c. Pemanfaatan

Pada mulanya gagasan tentang pemanfaatan media lebih berkonotasi pada aspek-aspek penggunaan, sehingga teori dan penelitian lebih dipusatkan pada hal-hal yang berkenaan dengan pemanfaatan media, terutama mengkaji tentang masalah-masalah seputar penggunaan media secara optimal, kemudian berkembang dengan mencakup pada upaya difusi, karena bagaimana pun disadari bahwa pemanfaatan teknologi sangat bergantung pada proses difusi. Rogers (1962) mengeksplorasi tentang gejala difusi inovasi. Menurut Rogers, terdapat empat elemen utama yang beroperasi dalam proses difusi, yaitu : (1) bentuk atau karakter inovasi itu sendiri, (2) saluran komunikasi yang ada, (3) waktu, dan (4) sistem sosial yang berlaku. Studi Havelock (1971) tentang model pengembangan dan penyebaran dan interaksi sosial, lebih menekankan pada usaha-usaha menghubungkan para pemakai dengan sumber pengetahuan baru. Studi Lazarfield (1944) mengungkapkan tentang informasi yang sampai kepada para tokoh yang berpengaruh (opnion leaders), yang pada awalnya berupa transfer informasi sederhana, kemudian informasi itu diteruskan kepada para pengikutnya.

Dari berbagai pengalaman kegagalan inovasi teknologi pada skala besar, telah mendorong perlunya perencanaan dan perubahan keorganisasian, administratif dan individu (Cuban, 1986). Sekarang ini muncul perkembangan pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara organisasi beradaptasi dengan tantangan masyarakat modern, dengan segala sistem pemasaran yang baru, teknologi baru dan tuntutan perubahan yang terus menerus, sehingga pada akhirnya menggiring pemanfaatan sebagai implementasi dan institusionalisasi.

d. Pengelolaan

Persoalan-persoalan pengelolaan dalam bidang Teknologi Pembelajaran muncul akibat pengaruh aliran perilaku dan berfikir sistematik behaviorisme serta aspek humanisme dalam komunikasi, motivasi, dan produktivitas. Metodologi dan teori pengelolaan telah banyak diaplikasikan pada berbagai bidang pengelolaan sumber dan proyek, termasuk pengelolaan perubahan. Sebagian besar prinsip-prinsip pengelolaan berasal dari manajemen/administrasi bisnis, seperti dalam pengelolaan proyek, pengelolaan sumber dan efektivitas pembiayaan.

Pengelolaan proyek sebagai suatu konsep, pada awalnya diperkenalkan sebagai “cara yang efisien dan efektif dalam menghimpun suatu tim, dimana pengetahuan dan keahlian anggotanya sesuai dengan siatuasi unik dan tuntutan teknis jangka pendek yang ditentukan oleh pemberi kerja”(Rothwell dan Kazanas, 1992).

Pengelolaan sumber telah lama menjadi masalah utama bagi guru dan petugas perpustakaan media karena keduanya diharapkan sebagai manajer sumber belajar. Sekarang ini konsep sumber lebih mengacu pada pengertian sumber belajar yang lebih luas dan bukan sekedar diartikan sebagai sarana audio-visual, melainkan mencakup pula barang cetak, lingkungan dan nara sumber (Eraut, 1989)

Akhir-akhir ini mulai tumbuh perhatian mengenai efektivitas pembiayaan, sehingga kerangka teori ekonomi pun mulai digunakan dalam teknologi pembelajaran, seperti penggunaan teori ekonomi pengelolaan sumber yang dikembangkan oleh Henderson dan Quandt (1980).

Kelanjutan dari pengelolaan sumber ini adalan pengelolaan sistem penyampaian, yang berkaitan dengan sarana, seperti perangkat lunak dan keras, dukungan teknis untuk operator dan pemakai, serta karakteristik lain tentang pengoperasian sistem teknologi. Ini merupakan era baru praktek mendahului analisis teoritik tentang model.

Komponen terakhir dari masalah pengelolaan adalah pengelolaan informasi. Teori informasi melahirkan suatu landasan yang dapat digunakan untuk memahami dan memprogram komputer. Hal ini berhubungan dengan perancangan dan penggunaan jaringan komputer untuk tranmisi, penerimaan dan penyimpanan informasi. Penerapan teori informasi ini jangkauannya semakin luas, dengan mencakup berbagai bidang kehidupan.

e. Penilaian

Analisis, asesmen dan penilaian memainkan peranan penting dalam proses desain pembelajaran dan teknologi pembelajaran. Pada awalnya, penilaian sering dihubungkan dengan orientasi behavioristik. Tumbuhnya desain pembelajaran yang beorientasi pada tujuan (tercapainya perubahan perilaku), sehingga memunculkan pengujian dengan menggunakan acuan patokan. Hal ini terjadi pula dalam analisis kebutuhan atau analisis masalah.

Dengan masuknya pandangan kognitivisme dan konstruktivisme dalam desain pembelajaran, telah membawa implikasi terhadap proses analisis kebutuhan dengan cakupan yang lebih luas, yang tidak hanya berfokus pada isi semata, tetapi juga memberikan perhatian pada analisis pembelajar, analisis organisasi dan analisis lingkungan (Richey, 1992; Tessmer dan Harris, 1992). Penilaian dengan paradigma kognitif lebih banyak diorientasikan untuk kepentingan fungsi diagnostik.

2. Nilai dan Perspektif Alternatif

Pada umumya nilai-nilai yang ada akan berfungsi sebagai landasan berfikir dan berbuat. Nilai-nilai ini mungkin berasal dari pelatihan dan pengalaman kerja yang sama, pembudayaan dari teori-teori atau karakteristik pribadi orang yang tertarik terhadap Teknologi Pembelajaran . Secara khusus, nilai-nilai yang mempengaruhi terhadap perkembangan Teknologi Pembelajaran, yaitu : (a) replikabilitas pembelajaran; (b) individualisasi; (c) efisiensi; (d) penggeneralisasian proses isi lintas; (e) perencanaan terinci; (f) analisis dan spesifikasi; (g) kekuatan visual; (h) pemanfaatan pembelajaran bermedia.

Konsep paradigma alternatif dalam menemukan pengetahuan baru-baru ini telah menjadi fokus utama dalam berbagai disiplin ilmu. Dalam perpektif ilmiah, paradigma alternatif ini memiliki kecenderungan untuk menerima metodologi penelitian kualitatif, penelitian fenomenologis dan gerakan ke arah psikologi kontruktivis. Teknologi pembelajaran juga merasakan pengaruh ini, sebagai contoh Striebel (1991) mengemukakan pendapatnya bahwa komputer bukanlah hanya sekedar bentuk sistem penyampaian, tetapi sebagai suatu lingkungan yang memiliki nilai-nilai tertentu dengan segala kecenderungannya. Bowers (198 8) juga memberikan suatu tantangan yang meragukan bahwa teknologi betul-betul bersifat netral dan dapat dibentuk untuk memenuhi segala tujuan yang diinginkan.

Gerakan psikologi konstruktivisme telah mempengaruhi terhadap Teknologi Pembelajaran. Menurut pandangan konstruktivisme bahwa disamping adanya relaitas fisik, namun pengetahuan kita tentang realitas dibangun dari hasil penafsiran pengalaman. Makna atas sesuatu tidak akan terlepas dari orang yang memahaminya. Belajar merupakan suatu rangkaian proses interpretasi berdasarkan pengalaman yang telah ada, interpretasi tersebut kemudian dicocokan pengalaman-pengalaman baru.

Konstruktivisme cenderung mempersoalkan perancangan lingkungan belajar daripada pentahapan kegiatan pembelajaran. Lingkungan belajar ini merupakan konsteks yang kaya, baik berupa landasan pengetahuan, masalah yang otentik, dan perangkat otentik yang digunakan untuk memecahkan masalah. Nampaknya, ada semacam keengganan terhadap adanya perumusan pengetahuan secara rinci yang harus dikuasai, dan kengganan terhadap simplikasi atau regulasi isi, karena semua proses itu akan meniadakan arti penting konteks yang kaya yang memungkinkan terjadinya transfer.

Perspektif alternatif lain yang mempengaruhi teknologi pembelajaran adalah dari kelompok yang memandang penting atas keunggulan belajar situasional (situated learning). Belajar situasional terjadi bilamana siswa mengerjakan “tugas otentik” dan berlangsung di latar dunia nyata. Belajar semacam ini tidak akan terjadi bilamana pengetahuan dan keterampilan tidak diajarkan secara kontekstual”. Bila orang menekankan pada belajar situasional, maka logika kelanjutannya adalah memahami belajar sebagai suatu proses yang aktif, berkesinambungan dan dinilai lebih pada aplikasi daripada sekedar perolehan.

Gerakan teknologi kinerja yang lebih berbasis terapan (Geis, 1986) juga mengajukan perspektif alternatif lain dalam Teknologi Pembelajaran. Para teknololog kinerja cenderung mengidentifikasi kebutuhan bisnis dan tujuan organisasinya daripada tujuan belajar. Teknologi kinerja sebagai suatu pendekatan pemecahan masalah adalah suatu produk dari berbagai pengaruh teori seperti cybernetic, ilmu menajemen, dan ilmu kognitif (Geis, 1986).

Para teknolog kinerja tidak selalu merancang intervensi pembelajaran sebagai suatu solusi dalam memecahkan masalah. Teknolog kinerja akan cenderung memperhatikan peningkatan insentif, desain pekerjaan, pemilihan personil, umpan balik atau alokasi sumber sebagai intervensi.

Filsafat alternatif pun turut mewarnai terhadap perkembangan teknologi pembelajaran. Filsafat alternatif ini berkembang dari kelompok post-modernis (pasca-modern), yang telah melakukan analisis kritis terhadap berbagai landasan keyakinan tradisional dan nilai-nilai dalam bidang Teknologi Pembelajaran. Dalam perspektif post-modern, bahwa teknologi pembelajaran sebagai suatu kiat sekaligus sebagai ilmu. Hlynka (1991) menjelaskan bahwa post-modern adalah suatu cara berfikir yang menjunjung prinsip keanekaragaman, temporal dan kompleks, dari pada bersifat universal, stabil dan sederhana.

Banyak implikasi filsafat post-modern untuk praktek dan teori desain sekarang ini, terutama tentang orientasi pemikiran yang menggunakan paradigma desain baru, dan tidak bersandarkan pada model desain yang sistematis. Filsafat post-modern lebih menyenangi pada hal-hal yang bersifat terbuka dan fleksibel, dari pada hal-hal yang tertutup, terstruktur dan kaku (Hlynka, 1991)

3. Pengaruh Teknologi

Kekuatan teknologi pembelajaran memang terletak pada teknologi itu sendiri. Kemajuan dalam teknologi akan banyak merubah hakekat praktek dalam bidang teknologi pembelajaran. Teknologi telah memberikan prospek munculnya stimulus yang realistik, memberikan akses terhadap sejumlah besar informasi dalam waktu yang cepat, menghubungkan informasi dan media dengan cepat, dan dapat menghilangkan jarak antara pengajar dan pembelajar (Hannfin, 1992). Perancang yang terampil dan kreatif dapat menghasilkan produk pembelajaran yang dapat memberikan keunggulan dalam : (a) mengintegrasikan media; (b) menyelenggarakan pengemdalian atas pembelajar yang jumlahnya hampir tidak terbatas, dan bahkan (c) mendesain kembali untuk kemudian disesuaikan kebutuhan, latar belakang dan lingkungan kerja setiap individu.

Teknologi, disamping mampu menyediakan berbagai kemungkinan tersedianya media pembelajaran yang lebih bervariasi, juga dapat mempengaruhi praktek di lapangan dengan digunakannya sarana berbasis komputer untuk menunjang tugas perancangan.

Taken From www.nyongandikahendra.blogspot.com/2009_09_01_archive.html